BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Seni pertunjukan atau pementasan
drama merupakan wujud seni yang kompleks karena dapat merangkum berbagai ragam
seni seperti sastra, rupa, musik, tari, dan peran. Ragam seni yang awalnya berdiri
sendiri-sendiri dapat dinikmati sebagai satu-kesatuan utuh yang harmonis dalam
sebuah pementasan drama apabila digarap dengan baik dan profesional.
Jika dahulu pementasan drama hanya
mengandalkan kemahiran aktor/aktrisnya saja dalam memerankan lakon atau
membawakan cerita, maka sekarang ini seiring dengan berkembanganya kreativitas,
pementasan drama didukung dengan berbagai macam aspek pendukung. Pementasan
drama yang merangkum berbagai ragam seni memerlukan kreativitas dan kemantapan
dalam penggarapannya sebagai wadah mixing
arts atau pencampuran beragam seni. Hal ini dikarenakan agar pementasan
drama tersebut dapat berjalan harmonis dan memberikan efek menyenangkan bagi
penonton.
Operet anak adalah drama singkat
yang menonjolkan nyanyian dan musik yang dimainkan oleh anak-anak ataupun
campuran anak-anak dan orang dewasa.
Adapun cerita yang diangkat adalah tentang dunia anak-anak. Operet cenderung lebih lengkap dalam meramu
berbagai ragam seni dalam pementasannya.
Karya tulis ini berisikan analisis
pementasan drama berupa operet yang berjudul Operet Bobo (Konya Lonya Lonya) dari segi seni pementasan drama
sebagai mixing art yang disertai
dengan penguatan berupa teori-teori yang relevan dengan pembahasan. Operet Bobo
Konya Lonya Lonya merupakan salah satu dari sekian banyak judul operet yang
dipentaskan dari sebuah cerita anak-anak yang ada dalam Majalah Bobo. Kisahnya yang ringan dan benar-benar
mencerminkan dunia anak, serta penggarapan pementasan yang melibatkan beragam
jenis seni yang kompleks akhirnya menjadi alasan penulis mengambil judul ini sebagai bahan
analisis.
1.2 Rumusan
Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam karya tulis
ini antara lain :
- Bagaimana
penyajian seni sastra yang ada dalam pementasan Operet Bobo Konya Lonya Lonya ?
- Bagaimana
penyajian seni rupa yang ada dalam pementasan Operet Bobo Konya Lonya Lonya?
- Bagaimana
penyajian seni musik yang ada dalam pementasan Operet Bobo Konya Lonya Lonya?
- Bagaimana
penyajian seni tari yang ada dalam pementasan Operet Bobo Konya Lonya Lonya?
- Bagaimana
penyajian seni peran yang ada dalam pementasan Operet Bobo Konya Lonya Lonya?
1.3 Batasan
Masalah
Batasan masalah dalam suatu kajian
atau analisis sangatlah penting dalam
menentukan arah tujuan penulisan. Karya
tulis ini membatasi analisis pementasan drama berupa operet dengan judul Operet Bobo Konya Lonya Lonya yang merupakan mixing
arts dari seni sastra, rupa, musik, tari dan peran yang dipertunjukan di
atas panggung.
1.4 Tujuan
Tujuan penulisan karya tulis yang berjudul “Analisis
Mixing Arts pada Pementasan Operet Bobo Konya Lonya Lonya” antara
lain:
- Mempelajari
pementasan drama sebagai wadah mixing
arts.
- Mengetahui
dan mengidentifikasi ragam jenis seni apa saja yang terkandung dalam
pementasan Operet Bobo Konya Lonya
Lonya.
- Mengetahui
bagaimana ragam jenis seni itu dapat dipadukan ke dalam pementasan drama seperti
Operet Bobo Konya Lonya Lonya.
- Memperoleh
pengetahuan baru tentang bagaimana mixing
arts yang bermutu.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengantar
Sejauh ini, banyak ragam seni yang
terdapat di dunia seperti seni musik, sastra, tari, rupa dan sebagainya. Seni-seni itu berdiri sendiri-sendiri. Namun, kini semua seni dapat dinikmati
bersamaan dalam sebuah pertunjukkan drama.
Seni pementasan drama (teater)
merupakan seni yang bersifat kolektif, kompleks dan rumit. Dalam seni pementasan drama terdpat berbagai
macam unsur seni seperti yang telah disebutkan di atas sehingga teater dianggap
sebagai seni yang kompleks dan rumit.
Teater juga melibatkan banyak individu atau pun kelompok.
Pertunjukkan drama dapat menjadi
wadah yang menampilkan ragam seni secara bersamaan karena ia dapat merangkum
semua jenis seni untuk dipertunjukkan.
Misalnya seni sastra yang merupakan dasar dalam dialog, kemudian seni
musik, rupa dan tari yang mendukung cerita dalam drama. Semua jenis seni itu saling mendukung satu
sama lain dalam pementasan sebuah drama.
2.2 Seni
Sastra dalam Pementasan Drama
Sebagai salah satu genre sastra,
drama tidak lepas dari yang namanya monolog ataupun dialog di dalamnya. Seni sastra erat kaitannya dengan pembuatan
naskah yang mengandung diksi, gaya bahasa dalam pengaturan dialog para
pemainnya.
2.2.1 Diksi
Diksi
disebut juga pilihan kata. Diksi
dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang diapakai untuk mengungkapkan
suatu ide (Keraf, 2008: 23). Ketepatan
diksi dalam sebuah drama sangat menentukan keberhasilan sebuah pementasan,
karena apabila pilihan kata yang digunakan tepat maka penonton akan dengan
mudah memahami isi dari pementasan itu. Diksi
tidak hanya mempersoalkan ketepatan pemakaian kata, tetapi juga mempersoalkan
apakah kata yang dipilih itu dapat juga diterima atau tidak merusak suasana
yang diciptakan dalam pementasan drama.
2.2.2 Gaya
Bahasa
Secara
singkat, gaya bahasa merupakan cara menggunakan bahasa. Gaya bahasa memungkinkan kita dapat menilai
pribadi, watak dan kemampuan seseorang yang mempergunakan bahasa itu. Semakin baik gaya bahasanya, semakin baik
pula penilaian orang terhadapnya, begitu pula sebaliknya.
Dalam
sebuah pementasan, kepribadian dan watak tokoh dapat diamati dari gaya bahasa
yang digunakannya. Oleh karena itu,
pemakaian gaya bahasa dalam sebuah pemetasan sangat penting untuk menunjang
keberhasilan pementasan.
2.3 Seni Rupa
dalam Pementasan Drama
Seni
rupa adalah salah satu cabang dari seni yang mempunyai bentuk dan rupa baik dua
dimensi, tiga dimensi, maupun empat dimensi yang dapat dilihat dan diraba, dan
di dalamnya memiliki nilai estetika. Salihin (2011) mengatakan bahwa seni rupa dan
seni pementasan drama (teater) selalu berhubungan, berkaitan dan saling
mendukung antara satu dengan cabang seni lainya. Semua unsur seni rupa sangat
berperan dalam dalam seni pertunjukan. Terutama dalam penataaan artistik
seperti panataan cahaya atau warna lampu, tata busana, tata rias, properti, dan
bentuk dan ruang dari pertunjukan (tata panggung).
2.3.1 Tata
Rias
Menurut
Riantiarno (2011: 166), tata rias digunakan untuk memperjelas wajah dan
ketokohan pemain. Tata rias secara umum
dapat diartikan sebagai seni mengubah penampilan wajah menjadi lebih sempurna.
Tata rias dalam teater mempunyai arti lebih spesifik, yaitu seni mengubah wajah
untuk menggambarkan karakter tokoh. Tata
rias dalam pementasan drama atau teater memiliki fungsi sebagai berikut:
1.
menyempurnakan
penampilan wajah
2.
menggambarkan
karakter tokoh
3.
memberi efek
gerak pada ekspresi pemain
4.
menegaskan dan
menghasilkan garis-garis wajah sesuai dengan tokoh
5.
menambah aspek
dramatik.
Tata
rias untuk pementasan drama terbagi menjadi tata rias karakter, tata rias korektif
dan tata rias fantasi. Tata rias
karakter adalah tata rias yang mengubah penampilan wajah seseorang dalam hal
umur, watak, bangsa, sifat, dan ciri-ciri khusus agar sesuai dengan karakter
tokoh yang dimainkan. Tata rias korektif
adalah suatu bentuk tata rias yang bersifat menyempurnakan (koreksi) atau menyembunyikan
kekurangan-kekurangan yang ada pada wajah dan menonjolkan hal-hal yang menarik
dari wajah. Tata rias fantasi adalah tata rias dengan karakter khusus yang
menampilkan wujud rekaan dengan menggambarkan tokoh-tokoh yang tidak riil ada
dalam kehidupan nyata (tokoh khayalan).
2.3.2 Tata
Busana
Tata
busana adalah seni pakaian dan segala perlengkapan yang menyertai untuk menggambarkan
tokoh. Tata busana termasuk segala asesoris seperti topi, sepatu, syal, kalung,
gelang, dan segala unsur yang melekat pada pakaian. Tata busana dalam pementasan
drama (teater) memiliki peranan penting untuk menggambarkan tokoh. Busana dalam
teater memiliki fungsi yang lebih kompleks, antara lain:
1.
mencitrakan
keindahan penampilan
2.
membedakan satu
pemain dengan pemain yang lain
3.
menggambarkan
karakter tokoh
4.
memberikan efek
gerak pemain
5.
memberikan efek
dramatik
2.3.3 Tata
Panggung
Tata panggung disebut
juga dengan istilah scenery (tata
dekorasi). Gambaran tempat kejadian lakon diwujudkan oleh tata panggung dalam
pementasan. Tidak hanya sekedar dekorasi (hiasan) semata, tetapi segala tata
letak perabot atau piranti yang akan digunakan oleh aktor disediakan oleh
penata panggung. Penataan panggung disesuaikan dengan tuntutan cerita, kehendak
artistik sutradara, dan panggung tempat pementasan dilaksanakan.
Sebelum penataan, perlu
diperhatikan terlebih dahulu bentuk panggungnya, apakah berbentuk proscenium ataupun arena. Riantiarno (2011: 151) dalam menata panggung
pun, tidak lepas dari apa yang disebut dengan properti atau perlengkapan
pendukung. Properti dibedakan menjadi tiga yaitu set/dekor, set property, dan
hand property. Set/dekor adalah bagian benda/gambar di panggung yang sifatnya
permanen, misalnya rumah. Set property
adalah isi dari rumah itu seperti kursi, lemari, dan sebagainya. Hand property adalah properti yang dibawa
oleh pemain.ta sedemikian rupa agar dapat memeberikan gambaran lengkap yang
berfungsi untuk menjelaskan suasana dan semangat lakon, periode sejarah lakon,
lokasi kejadian, status karakter peran dan musim dalam tahun dimana lakon
dilangsungkan.
2.3.4 Tata Cahaya
Cahaya adalah unsur
tata artistik yang paling penting dalam pertunjukan teater. Tanpa adanya cahaya
maka penonton tidak akan dapat menyaksikan apa-apa. Tata cahaya berhubungan dengan pengaturan
lampu. Dalam sebuah pementasan drama,
menurut Edraswara (2011: 106) lampu harus ditata dengan baik dan bukan hanya sebagai
penerangan, tetapi mempunyai banyak fungsi lainnya. Lampu yang berwarna tentu memiliki tujuan
tertentu. Kapan harus redup, merah ,
hijau, dan lain-lain tergantung artistik panggung. Hal ini dikarenakan permainan lampu juga
dibutuhkan untuk menghadirkan suasana yang dapat mempengaruhi emosi penonton.
2.4 Seni
Musik dalam Pementasan Drama
Pementasan drama sering kali
diiringi oleh musik atau suara-suara (sound
effect) yang mendukung untuk memberikan efek atau kesan tertentu. Misalnya dalam memberikan efek terkejut, panik,
tegang, sedih, gembira yang melua-luap, perkelahian dan sebagainya. Selain itu, iringan musik atau suara juga dapat berupa bunyi-bunyian yang digunakan
dalam menampilkan kesan suasana seperti bunyi hujan, petir, dan sebagainya. Anang
(2008) membagi musik dalam pementasan drama menjadi musik pembuka, musik
pengiring, musik suasana dan musik penutup.
2.4.1 Musik
Pembuka
Musik
pembuka adalah musik di awal pementasan drama yang berfungsi
untuk merangsang imajinasi penonton dalam memberikan sedikit gambaran tentang
pertunjukan teater yang akan di sajikan, atau bisa juga untuk pengkondisian
penonton.
2.4.2 Musik
Pengiring
Musik
pengiring merupakan musik yang digunakan unruk mengiringi pertunjukan di
beberapa adegan pertunjukan teater atau perpindahan adegan/ seting. Fungsinya
adalah untuk memberikan sentuhan indah dan manis agar ritme permainan seimbang
dengan porsi permainan per adegan (tidak semua adengan di beri musik hanya
poin-poin adengan tertentu yang dirasa perlu karena dapat merusak keseimbangan
pertunjukan), seperti susana, lampu, seting, kostum, mimik ekspresi, maupun
properti.
Musik
pengiring dibedakan menjadi dua yaitu iringan utuh dan iringan potongan. Iringan utuh artinya iringan yang selalu ada
sepanjang pementasan, sedangkan iringan potongan artinya iringan yang hanya
berupa potongan-potongan pada adegan-adegan tertentu.
2.4.3 Musik
Suasana
Musik suasana adalah musik
yang menghidupkan irama permainana serta suasana dalam pertunjukan teater baik
senang maupun gembira, sedih, tragis.
Fungsinya yaitu untuk memberikan ruh permainan yang
menarik, indah, dan terlihat jelas antara klimaks dan anti klimaksnya.
2.4.4 Musik
Penutup
Musik penutup merupakan
musik terakhir dalam dalam pementasan teater. Fungsinya adalah untuk
memeberikan kesan dan kesan dari pertunjukan teater yang disajikan baik yang
bersifat baik, buruk, gembira, sedih, sebagai pelajaran dan cermin moral
penikmat seni teater.
Waluya dalam Endraswara (2011: 48)
menjabarkan fungsi tata iringan musik dalam pementasan drama sebagai berikut:
1.
memberikan
ilustrasi yang memperindah
2.
memberikan latar
belakang
3.
memberikan warna
psikologis
4.
memberi tekanan
kepada nada dasar drama
5.
membantu dalam
penanjakan lakon, penonjolan dan progresi
6.
memberikan
tekanan pada keadaan yang mendesak
7.
memberikan
selingan.
2.5 Seni Tari
dalam Pementasan Drama
Tari,
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti gerakan badan yang berirama dan
diiringi oleh suara musik. Tari sering
kali disuguhkan dalam sebuah pementasan drama.
Namun, pementasan drama tidak selalu mengandung unsur seni tari. Seni tari biasanya dihadirkan dalam sebuah
pementasan drama tertentu saja, karena seni tari bukanlah sesuatu yang mutlak
harus ada dalam sebuah pementasan drama. Ada sebuah drama atau teater yang
menonjolkan unsur seni tari dalam pementasannya. Pementasan drama ini disebut dengan
sendratari.
Seni
tari hadir sebagai pelengkap dan menambah keindahan mixing arts pada sebuah pementasan drama. Gerakan-gerakan yang ditampilkan pun memiliki
makna yang sejalan dengan alur ceritanya.
2.6 Seni
Peran dalam Pementasan Drama
Seni peran disebut juga dengan
akting. Akting adalah bagaimana seorang aktor memerankan sebuah lakon. Hakikat seni peran adalah meyakinkan (make
believe). Jika berhasil meyakinkan
penonton bahwa apa yang tengah dilakukan aktor adalah benar, paling tidak, itu
sudah cukup (Riantiarno, 2011: 107). Seseorang yang melakukan akting dalam
sebuah pementasan drama menurut Wright dalam Endraswara (2011: 58) harus
memiliki empat kepekaan, antara lain: kepekaan akan ekspresi mimik, kepekaan
terhadap suasana pentas, kepekaan terhadap penonton, dan kepekaan terhadap suasana dan ketepatan
proporsi peran (tidak lebih dan tidak kurang/tepat).
Ada beberapa hal yang menjadi tolak
ukur baik atau tidaknya akting dari seorang aktor/aktris, antara lain:
1.
Aktor/aktris
membawakan suara, gerak tubuh, dan
kepribadian sesuai dengan tuntutan dan kepribadian dalam perannya.
2.
Akting
terkendali. Menampilkan akting yang nampak mudah, wajar dan natural dengan
penguasaan seni vokal, fisik, maupun emosional.
- Akting
meyakinkan, jernih, terarah,
tidak berlebihan dan penuh penghayatan.
Apabila seorang aktor memerankan lakon seorang yang sedang
kedinginan, maka ia harus benar-benar seolah sedang merasa kedinginan
sehingga meyakinkan penonton.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Penyajian
Seni Sastra yang Ada dalam Pementasan
Operet Bobo Konya Lonya Lonya
Operet
Bobo Konya Lonya Lonya merupakan drama pendek yang menonjolkan musik dan
tarian. Meskipun lebih banyak
menonjolkan musik atau nyanyian dan tarian, operet ini tetap menampilkan adanya
dialog antar tokohnya melalui rekaman. Operet
yang mengisahkan tentang dunia anak yang penuh akan imajinasi ini banyak
menggunakan diksi atau pilihan kata yang mudah dimengerti oleh anak-anak selaku
pemain (aktor/aktris) maupun penonton.
Diksi yang sederhana dipilih karena
operet ini memang diperuntuhkan bagi anak-anak.
Ketepatan pilihan kata sangat dicermati oleh penulis naskah. Tentunya hal ini dilakukan selain untuk memudahkan
anak untuk mengerti isi ceritanya, tetapi juga agar operet ini dapat dikatakan
bermutu.
Selain diksi, unsur seni sastra yang
terkandung dalam operet ini adalah pemakaian gaya bahasa. Gaya bahasa di sini
memungkinkan penonton untuk dapat menilai karakter atau watak tokoh yang
dimainkan oleh aktor/aktris. Gaya bahasa
setiap tokoh dibuat berbeda untuk membedakan wataknya. Misalnya gaya bahasa pada tokoh Bobo berbeda
dengan tokoh Upik. Tokoh Bobo
menggunakan gaya bahaya yang membuatnya terkesan cerdas dengan selalu berusaha
menebak pertanyaan dari Pimpion, sedangkan tokoh Upik menggunakan gaya bahasa
yang mengesankan bahwa dirinya adalah seorang yang memiliki watak penakut.
3.2 Penyajian
Seni Rupa yang Ada dalam Pementasan
Operet Bobo Konya Lonya Lonya
Operet Bobo Konya Lonya Lonya memberikan
kesan yang luar biasa pada penonton.
Selain menampilkan khasnya sebagai operet dengan menonjolkan musik atau
nyanyian dan tarian, hal yang membuat pementasannya berkesan adalah kreativitas
dalam penggunaan unsur-unsur seni rupa pementasan seperti tata rias, tata
busana, tata panggung (pentas) dan tata lampu.
3.2.1 Tata
Rias
Pementasan Operet Bobo Konya Lonya Lonya ini sangat
memperhatikan tata rias pada aktor dan aktrisnya. Tata rias digunakan untuk menampilkan atau
memunculkan karakter yang diinginkan.
Operet ini menggunakan semua bentuk tata rias mulai dari rias karakter,
korektif maupun fantasi. Contoh rias
karakter dapat dilihat dari tokoh Pimpion yang dirias agar menyerupai karakter
seorang pria tua yang urakan. Rias
korektif contohnya pada tokoh Nirmala yang dihias dengan berbagai penyempurnaan
agar terlihat lebih cantik dari aslinya.
Lalu, rias fantasi dapat dilihat dari tokoh Bobo yang juga merupakan
tokoh fantasi, yaitu seekor kelinci yang bisa berbicara dan berdiri dengan
menggunakan dua kaki.
3.2.2 Tata
Busana
Tata
busana dan tata rias tidak dapat dipisahkan karena satu sama lainnya saling
mendukung. Misalnya untuk tata rias
karakter seperti Pimpion, apabila rias wajahnya yangdibuat tua tidak didukung
oleh busana atau kostum, maka karakter sebagai seorang pria tua akan kurang
terlihat. Begitu pula dengan tokoh
seorang peri bernama Nirmala. Busana yang dikenakan tokoh Nirmala sangat cocok
untuk karakter seorang peri yang baik hati.
3.2.3 Tata
Panggung
Tata
panggung yang disajikan pada pementasan Operet
Bobo Konya Lonya Lonya nampak sudah diatur sedemikian rupa. Panggung yang luas sudah diperkirakan
sebelumnya untuk jumlah pemain yang mencapai puluhan orang. Bentuk panggung proscenium dirasa paling cocok untuk pementasan yang memerlukan scenery atau tata dekor yang besar dan
banyak ini.
Dilihat
dari perlengkapan pendukung atau properti, operet ini banyak sekali menggunakan
properti seperti set/dekor, set property, dan hand property. Set/dekor pada pementasan operet ini adalah panggung
kedua (berada di atas panggung utama) yang didekor menyerupai sebuah
bukit. Set property berupa bagian
dari bukit yaitu pohon-pohonan, kakktus, batu-batuan besar, dan
sebagainya. Set Proprety ini dikondisikan berbeda-beda sesuai dengan alur dan
adegan yang ditampilkan. Misalnya pada
alur yang mengisahkan tentang hutan, maka set
propertynya adalah pohon-pohon besar.
Namun ketika mencapai alur yang menceritakan kegersangan hutan, maka set property yang ditampilkan adalah
batu-batuan besar dan pohon kaktus. Ada pula hand property, contohnya adalah
tongkat sihir yang selalu dibawa kemana-man oleh tokoh Nirmala.
3.2.4 Tata Cahaya
Saat
menyaksikan video pementasan Operet Bobo
Konya Lonya Lonya, salah satu yang memukau adalah permainan cahaya atau
lampunya. Salah satu unsur artistik ini
termasuk berpengaruh besar dalam membangun emosi penonton. Penata cahaya dirasa sudah paham betul
mengenai permainan lampu pada pementasan.
Penggunaan warna dan tujuan sorot lampu beriringan secara harmonis
dengan musik dan gerakan pemainnya. Misalnya saja penggunaan lampu berwarna
merah yang berkedap-kedip saat mengiringi peristiwa menegangkan, ataupun
penggunaan lampu berwarna hijau cerah yang mendukung suasana yang menggambarkan
hutan yang subur kembali.
3.3 Penyajian
Seni Musik yang Ada dalam Pementasan
Operet Bobo Konya Lonya Lonya
Sebagai drama operet, tentunya Operet Bobo Konya Lonya Lonya sangat
mengandalkan unsur musik atau suara dalam pementasannya. Musik atau suara yang
digunakan pun sangat variatif mulai dari suara burung, suara instrument
pengiring suasana, dan bahkan nyanyian.
3.3.1 Musik
Pembuka
Operet Bobo Konya Lonya Lonya
mengkondisikan penonton melalui musik pembuka dengan menggunakan nyanyian. Melalui nyanyian ini, diharapkan penonton
memperoleh sedikit gambaran mengenai cerita yang akan dimainkan, yaitu
tentangkegembiraan anak-anak yang bermain di alam.
3.3.2 Musik
Pengiring
Musik
pengiring yang digunakan dalam pementasan Operet
Bobo Konya Lonya Lonya ini adalah iringan potongan. Tidak semua adegan diikuti oleh musik
pengiring atau dengan kata lain, hanya pada adegan-adegan tertertu saja yang
diikuti musik pengiring. Misalnya pada
saat Bobo, Paman Gembul, Upik dan yang lainnya sedang berdiskusi (adegan dalam
menit ke-01:03 sampai ke-01:31). Pada
adegan ini diiringi oleh suara burung-burung yang bersahutan sehingga
menimbulkan kesan keasrian sebuah hutan.
3.3.3 Musik Suasana
Suasana
akan lebih terasa apabila diiringi oleh musik.
Contoh musik suasana yang ada dalam pementasan Operet Bobo Konya Lonya Lonya adalah musik intrumen yang
menggambarkan suasana kebahagiaan saat Penyihir
Konya Lonya Lonya membebaskan hutan dari pengaruh sihirnya (menit ke-04:39
sampai ke-05:13).
3.3.4 Musik
Penutup
Dibuka
dengan nyanyian, maka pementasan Operet
Bobo Konya Lonya Lonya ini pun ditutup dengan nyanyian kebahagiaan sebagai musik
penutup.
3.4 Penyajian
Seni Tari yang Ada dalam Pementasan
Operet Bobo Konya Lonya Lonya
Sebagai pementasan drama yang
menonjolkan musik dan tarian, pementasan Operet
Bobo Konya Lonya Lonya banyak sekali menampilkan tarian dengan koreografi yang menawan. Tarian yang disuguhkan bukan sembarang tarian
untuk menggerakkan badan, namun gerakan-gerakan tarian di sini memiliki arti
dan mendukung jalannya cerita.
3.5 Penyajian
Seni Peran yang Ada dalam Pementasan
Operet Bobo Konya Lonya Lonya
Berbicara mengenai seni peran, hal
yang paling disoroti adalah akting pemainnya.
Salah satu yang menarik dari pementasan Operet Bobo Konya Lonya Lonya
ini adalah pemainnya kebanyakan adalah anak-anak. Mereka memainkan peran atau berakting dengan
baik meski dialog diakukan tidak secara langsung atau dengan menggunakan suara
yang telah direkam sebelumnya.
Aktor/aktris dalam operet ini
membawakan suara, gerak tubuh dan kepribadian yang dapat dikatakan sesuai
dengan tuntutan perannya. Aktingnya pun
terlihat cukup jernih, terarah, tidak berlebihan dan penuh penghayatan. Contohnya saja tokoh gadis berslayer
kuning. Ia terlihat begitu luwes ketika memainkan
perannya (berakting). Penguasaan
panggungnya pun baik.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Kesimpulan
dari analisis pementasan Operet Bobo
Konya Lonya Lonya sebagai berikut:
1.
Penyajian seni
sastra melalui diksi dan gaya bahasa yang sederhana dalam dialog antar tokohnya
sesuai dengan konteksnya sebagai pementasan yang diperuntukan pada anak-anak.
2.
Unsur seni rupa
seperti tata rias, tata busana, tata panggung (pentas) dan tata cahaya disajikan
dengan amat baik dan sesuai, serta sangat mendukung suasana dan jalannya
cerita.
3.
Seni musik
sangat mendominasi dalam pementasan ini.
Musik yang disuguhkan begitu beragam dan mencakup musi pembuka, musi pengiring,
musik suasana dan musik penutup. Selain
itu, pemain pun melengkapi keindahan musik dengan bernyanyi.
4.
Banyak sekali
gerakan tari-tarian yang didukung oleh koreorgrafi yang mengandung makna. Setiap gerakannya sesuai dengan alur cerita.
5.
Pementasan ini
tidak lepas dari seni peran atau akting para pemainnya dengan karakter yang
berbeda-beda namun tetap dilakoni dengan natural dank has anak-anak.
4.2 Saran
Mixing arts pada pementasan Operet
Bobo Konya Lonya Lonya begitu kompleks.
Paduan antara seni sastra, rupa, musik, tari dan peran sangat menghibur
dan memberikan kesan “wah” bagi penonton.
Tentunya kegiatan pementasan seperti ini sangat bermanfaat baik bagi
pelaku pementasan maupun pemain. Namun
tidak semua kalangan bisa ikut serta dalam operet besar yang mungkin memakan
biaya yang cukup besar pula. Masih perlu
adanya ide-ide kreatif tentang bagaimana membuat sebuah pementasan drama yang
bagus namun tidak memerlukan biaya yang terlalu mahal.
DAFTAR RUJUKAN
Endraswara, Suwardi. 2011.
Metode Pembelajaran Drama (Apresiasi, Ekspresi, dan Pengkajian).
Yogyakarta: CAPS.
Keraf, Gorys.
2008. Diksi dan Gaya Bahasa.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Riantiarno, Nano.
2011. Kitab Teater Tanya Jawab Seputar Seni Pertunjukan. Jakarta: Grasindo.
Tim Balai Pustaka,
2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Anang. 2008. “Musik
dalam Teater”. (Online) http://pamangsah.blogspot.com/2008/11/musik-dalam-teater.html.
Diakses 15 Juni 2012.
Salihin Ansar. 2011. “Peran
Seni Rupa dalam Pertunjukan Teater”. (Online) http://ruparupa.blog.stisitelkom.ac.id/2012/04/17/peran-seni-rupa-dalam-seni-pertunjukan/.
Diakses 15 Juni 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar