Novel ini bercerita tentang seorang gadis cantik dan solehah yang kemudian dipinang oleh lelaki tampan dan juga sholeh. Mereka mengenyam pendidikan di fakultas yang sama. Sang wanita bernama Ningrum, dan yang lelaki bernama Ahmad Syamsudin. Ahmad Syamsudin adalah alumnus terbaik dengan IP tertinggi sehingga tak salah jika ia menjadi lelaki favorit di fakultas. Rasa saling mencintai akhirnya membawa mereka ke jenjang pernikahan.
Pernikahan baru berjalan tiga bulan. Ahmad Syamsudin yang kemudian dipanggil ‘Mas Syam’ oleh sang istri mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di Kairo, Mesir. Akhirnya, meski dengan berat hati Ningrum melepas kepergian orang yang paling dicintainya itu. Syam menjanjikan untuk menyelesaikan kuliahnya tidak lebih dari tiga tahun. Selama berpisah, mereka hanya berkomunikasi melalui telepon, atau e-mail. Syam sering kali menelepon atau mengirimi e-mail untuk mengungkapkan kerinduan yang mendalam kepada istrinya. Begitu pula dengan Ningrum, kerinduannnya pada suaminya tak kunjung padam. Semakin hari kerinduan yang dirasanya itu semakin menyiksa batinnya.
Setahun berlalu, mulailah muncul kejanggalan di hati Ningrum. Syam mulai jarang menelepon atau mungkin sekedar mengirim e-mail. Puncaknya ialah saat Syam melupakan hari ulang tahun pernikahan mereka yang pertama. Padahal Ningrum begitu mengharapkan kata-kata romantis yang biasa diungkapkan suami tercintanya itu. Syam berdalih bahwa dirinya disibukkan oleh jadwal kuliah yang padat dan Ningrum pun mempercayainya sebagai bukti cintanya.
Ketika Syam menelepon, ia banyak bercerita tentang seorang gadis yang menurutnya sangat mirip dengan Ningrum. Bahkan cerita itu sering diulang-ulang setiap kali ia menelepon. Tak ayal Ningrum pun dilanda kecemburuan yang luar biasa, terutama saat Syam mengatakan bahwa dirinya mengagumi gadis itu meski ia hanya menganggapnya sebagai teman. Lebih-lebih ketika ibunya bercerita bahwa ternyata ayahnya mempunyai tiga istri simpanan di kota-kota yang berbeda. Belum lagi kakak laki-lakinya yang bercerita bahwa dirinya menduakan kekasihnya. Terang saja hal ini membuat Ningrum semakin was-was. Ia takut kalau ternyata semua laki-laki itu sama. Namun ia tetap yakin suaminya tidak akan begitu.
Sampai suatu ketika ia mendapat telepon dari Kairo. Tapi kali ini bukan dari Syam melainkan dari utusan KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) yang mengatakan bahwa sang suami telah tewas dalam kecelakaan kapal laut saat sedang mengikuti liburan. Hati Ningrum hancur berkeping-keping. Ia segera menyusul Syam ke Kairo untuk melihat jenazahnya untuk yang terakhir kalinya. Namun, disaat ia berada di penginapan tempat Syam tinggal, ia mendapatkan sepucuk surat bersampul merah jambu yang dibuat oleh Syam yang ditujukan kepada teman wanitanya yang sering diceritakannya. Di surat itu Syam sangat memuja wanita yang bernama Laila.
Suatu saat, secara tidak sengaja Ningrum bertemu dengan Laila. Ia mengatakan bahwa Syam adalah suaminya. Ia juga memperlihatkan surat nikah mereka kepada Laila. Namun betapa terkejutnya ia setelah mendengar penjelasan dari Laila bahwa Syam ternyata juga adalah suami Laila dan mengaku belum beristri sebelum menikahinya. Syam juga mengatakan bahwa dia mempunyai seorang adik perempuan yang sangat mirip wajahnya dengan Laila. Ningrum tak menyangka jika suaminya tak sebaik yang dia kira. padahal setiap saat suaminya berpesan kepadanya agar “selalu menjaga cinta dan kesetiaan”, namun suaminya sendiri yang akhirnya melanggar janji tersebut.
Novel ini berkisah tentang kehidupan seorang perempuan yang penuh penantian. Nyaris seluruh halaman dalam novel ini berupa kisah penantian sang istri yang ditinggal suami. Sayangnya penantian panjang yang memakan berhalaman-halaman novel ini akhirnya membuat kita kecewa pada akhir cerita. Bukan karena ceritanya jelek atau pengarangnya yang ngawur. Tapi karena pada akhir cerita ternyata laki-laki yang dipuja oleh si tokoh utama mengingkari kesetiaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar