Minggu, 13 Januari 2013

Keterkaitan Pers dalam Perannya sebagai Ranah “Public Speaking” dengan Sosiologi Komunikasi



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
            Public speaking atau berbicara kepada umum merupakan suatu kegiatan yang berintikan pada interaksi sosial.  Interaksi sosial merupakan suatu hubungan di mana terjadi proses saling memengaruhi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok. Proses interaksi sosial seperti ini termasuk salah satu lingkup sosiologi  sebagai ilmu dan juga sosiologi komunikasi sebagai salah satu pengkhususannya.
            Sosiologi merupakan ilmu yang menelaah dan menganalisis kehidupan bersama manusia serta akibat-akibatnya yang mungkin dilanjutkan dengan suatu proyeksi.  Interaksi sosial sebagai suatu lingkup sosiologi berintikan pada komunikasi sehingga sudah sewajarnya apabila tumbuh pengkhususan dalam wujud sosiologi komunikasi.
            Berbicara mengenai interaksi sosial dan sosiologi komunikasi, dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari sirkulasi informasi atau pemberitaan-pemberitaan baik melalui media surat kabar, radio, televisi, internet dan lain sebagainya.  Pemberitaan juga merupakan salah satu cara berkomunikasi khususnya komunikasi massa.  Masyarakat mengetahui adanya suatu berita dari berbagai macam media yang tidak lepas dari pers atau lembaga yang menjadi wadah industri informasi.  Pers juga disebut sebagai lembaga penyiaran.
Makalah ini akan membahas beberapa aspek sosiologi komunikasi yang dihubungkan dengan peran pers sebagai ranah public speaking. Artinya, telaah akan ditujukan pada masalah-masalah sosiologi komunikasi yang perlu dipertibangkan oleh seseorang atau suatu pihak yang berbicara kepada umum.  Public speaking yang dimaksud dalam makalah ini adalah berbicara kepada umum oleh pers melalui media publikasi jurnalistik baik yang berupa  radio, televisi, internet dan lain sebagainya (non tulisan).


1.2 Rumusan Masalah
            Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain:
1.      Bagaimana hakikat pers?
2.      Bagaimana yang dimaksud dengan public speaking?
3.      Bagaimana peranan pers sebagai ranah public speaking?
4.      Bagaimana hakikat sosiologi komunikasi?
5.      Bagaimakah keterkaitan peran pers sebagai ranah public speaking dengan sosiologi komunikasi?

1.3  Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini antara lain:
1.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan pers.
2.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan public speaking.
3.      Mengetahui bagaimana peranan pers sebagai ranah public speaking.
4.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan sosiologi komunikasi.
5.      Mengetahui keterkaitan peran pers sebagai ranah public speaking dengan sosiologi komunikasi.









BAB II
ISI

2.1  Pers
            Pers merupakan suatu lembaga kemasyarakatan yang kegiatannya melayani dan mengatur kebutuhan hati nurani manusia selaku makhluk sosial dalam kehidupan sehari-hari (Suhandang, 2010: 51). Melayani dan mengatur kebutuhan hati nurani manusia mengandung arti memberitahukan segala sesuatu yang diperlukan manusia dalam meniti pergaulan hidupnya, seperti informasi tentang peristiwa-peristiwa yang terkait dengan kegiatan usaha, hal-hal yang bersangkutan dengan kesehatan, pendidikan, hiburan, hobi, olahraga, keercayaan, agama, dan lain sebagainya.
            Pers disebut sebagai organisasi pelaku industrik informasi.  Selaku produsen, pers melakukan kegiatan industri berupa pencarian, pengumpulan, pengolahan, dan penyajian informasi dalam bentuk produk jurnalistik yang terdiri dari berita (news), komentar atau pandangan (views), dan iklan (advertisment).  Didasarkan pada sifat dan bentuk produk jurnalistiknya, ada tiga macam informasi, yaitu informasi yang bersifat visual seperti surat kabar atau barang-barang cetakan lainnya; auditif, seperti informasi yang disiarkan melalui radio; dan audio visual, sperti informasi yang ditayangkan melalui siaran program televisi.

2.2  Public Speaking
2.2.1  Pengertian
Ada beberapa pengertian atau definisi dari public speaking seperti yang diungkapkan Purboyo (2012), di antaranya sebagai berikut. Menurut Webster’s Third New International Dictionary, tercantum pengertian public speaking adalah:
a.       The act of process of making speeches in public (proses pembuatan pembicaraan di depan publik).
b.      The art of science of effective oral communication with an audience (sebuah seni ilmu pengetahuan tentang komunikasi lisan yang efektif dengan para pendengarnya).
Public Speaking juga disebit sebagai sebuah bentuk komunikasi yang dilakukan secara lisan tentang sesuatu hal atau topik di hadapan banyak orang. Tujuannya adalah untuk mempengaruhi, mengubah opini, mengajar, mendidik, memberikan penjelasan serta memberikan informasi kepada masyarakat tertentu pada suatu tempat tertentu. Karena sifatnya yang dinamis, maka public speaking juga dapat diartikan sebagai sebuah aktifitas yang sangat dekat dengan asosiasi kata perubahan (change). Melalui public speaking, kita dapat mengetahui pola pemikiran dari seseorang, mengetahui gagasan masa depan seseorang, dan ide-ide luar biasanya. Kita juga dapat mengetahui perubahan seperti apa yang digagas atau direncanakan oleh seseorang
Public speaking juga merupakan sebuah rumpun keluarga Ilmu Komunikasi (Retorika) dimana mencakup berdiskusi, berdebat, pidato, memimpin rapat, moderator, MC dan presenter serta kemampuan seseorang untuk dapat berbicara di depan publik, kelompok maupun perseorangan yang perlu menggunakan strategi dan teknik berbicara yang tepat.
2.2.2  Kegunaan Public Speaking
Hartanta (2012) menguraikan kegunaan public speaking sebagi berikut :
a.       untuk menyampaikan ide secara sistematis dan runtut
b.      untuk mempengaruhi massa dan orang lain
c.       ntuk menyampaikan dan mempertahankan pendapat
d.      untuk mengikuti sebuah diskusi dan rapat dengan baik
e.       untuk melakukan pidato di depan umum
f.       untuk menambah kepercayaan diri
g.      untuk menyampaikan sebuah presentasi
h.      untuk memimpin rapat, sidang dan diskusi
i.        untuk menambah kewibawaan dan citra diri
j.        untuk sarana pengembangan diri
k.      untuk sarana pembelajaran kepada orang lain.
2.2.3  Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Melakukan Public Speaking
Lebih lanjut Hartanta juga menguraikan hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan public speaking sebagai berikut.
a.       Perhatikan penampilan
Penampilan  yang dimaksud disini adalah perhatikan pakaian yang cocok dengan suasana, perhatikan asesoris yang dipakai (jangan norak memakai asesoris). Kerapian dan keserasian memakai pakaian antara sepatu, celana, jam tangan, cincin, dan lain-lain akan menambah kewibawaan dan kadang bisa menyerap perhatian juga.
b.      Perhatikan volume suara dan intonasi
Volume suara diatur sedemikian rupa sehingga menyesuaikan dengan ruangan. Prinsip dasarnya ialah semua peserta dapat mendengar dengan jelas. Intonasi yang dimaksud adalah bagaimana kita berbicara jangan kelihatan datar. Bicara datar akan menjemukan pendengar, membosenkan dan membuat ngantuk.
c.       Luasnya wawasan, perbendaharaan kata dan pengetahuan akan menambah sempurnanya public speaking.
Semakin luas pengetahuan seseorang akan menambah kewibawaan dan mantapnya bobot pembicaraan. Ikutilah berita koran, TV dan sedang berkembang. Perbanyaklah membaca, seringlah mengikuti diskusi, dan lain-lain.
d.      Mengontrol waktu
Berbicaralah sesuai dengan waktu yang ditentukan, kita atur dan kita kontrol diri kita sendiri. Bicaralah sesuai dengan waktu yang anda telah ditentukan.
e.       Pola berfikir yang sistematis
Pola berfikir yang sistematis harus tercermin dalam pembicaraan kita. Untuk itu buatlah rencana dulu sebelum tampil. Apabila telah terbiasa anda akan mampu berbicara walaupun mendadak dan tanpa persiapan. Akan tetapi hal yang dipersiapkan biasanya akan lebih baik ketimbang sesuatu yang tidak dipersiapkan.
f.       Pembicaraan yang konkrit dan membumi
Pembicaraan konkrit dan membumi ini yang dimaksud adalah kita menyesuaikan gaya bahasa dan contoh-contoh yang relevan dengan pendengarnya. Misalnya pemilihan kata-kata yang kita gunakan untuk menjelaskan komunitas masyarakat pedesaan tentu akan lain dengan kita berbicara didepan mahasiswa.

g.      Sikap mental
Sikap mental juga merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam public speaking. Tataplah pendengar, jangan grogi, sapulah pandangan mata secara bergantian. Penguasaan materi dan pengalaman biasanya akan menentukan penguasaan mental.

2.3  Peran Pers sebagai Ranah Public Speaking
            Dalam dunia public speaking, seseorang dituntut untuk bebicara dengan dengan menggunakan teknik dan strategi  yang tepat agar apa yang kita sampaikan dapat didengar dan dipahami oleh masyarakat luas, terlebih apabila yang berbicara melalui media-media pers seperti radio, televisi dan internet (video). Pers atau media massa menjadi ranah yang paling diminati untuk melakukan public speaking. Hal ini tentu saja dikarenakan pers merupakan  media paling efektif dalam melakukan tujuan public speaking. Sebagai ranah public speaking, pers biasa dimanfaatkan untuk penyiaran informasi berupa iklan, pidato, ceramah, menyampaikan berita, maupun bentuk-bentuk komunikasi lain yang dimaksudkan untuk memengaruhi masyarakat luas.
            Sekarang ini kita sudah tidak asing dengan era digital yang ditandai dengan kehadiran teknologi informasi dengan kemampuan konvergensinya yang handal (Muhammad, 2004: 15). Berasal dari kemampuan inilah pers mampu menciptakan suasana interactivity di mana pemirsa atau pendengar seakan-akan larut, ikut masuk  dalam dunia maya yang ada dalam bentuk respons masukan. Melalui media pers yang memiliki keunggulan seperti mudah menyebar di masyarakat, lebih efektif dalam memengaruhi masyarakat dan lebih efisien dalam waktu maupun keuangan, maka dalam pembahasan mengenai pers sebagai ranah public speaking peran pers sebagai ranah public speaking jelas terlihat. Pers menjadi ajang di mana banyak orang yang berlomba-lomba berbicara di depan publik.
           
2.4  Sosiologi Komunikasi
            Sosiologi komunikasi dapat dipilah antara pengertian sosiologi dan komunikasi.  Sosiologi memiliki beberapa definisi seperti yang dikemukakan tokoh-tokoh sosiologi dalam Soekanto (2010: 18) berikut:
a.       Roucek dan Warren mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
b.      William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff berpendapat bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial.
c.       Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi menyatakan bahwa sosiologi atau imu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial  dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
Sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu sosial lain, objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antarmanusia  dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat. Manusia atau masyarakat sebagai makhluk sosial tentunya memerlukan interaksi satu sama lain melalui komunikasi.  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan ang dimaksud dapat dipahami.

2.5  Keterkaitan Pers dalam Perannya sebagai Ranah “Public Speaking” dengan Sosiologi Komunikasi
2.5.1  Hubungan Komunikasi
Komunikasi mempelajari tentang interaksi sosial dengan segala aspek yang berhubungan dengan interaksi tersebut bagaimana interaksi tersebut dilakukan dengan menggunakan media, bagaimana efek media sebagai akibat dari interaksi tersebut, sampai dengan bagaimana perubahan-perubahan sosial di masyarakat yang didorong oleh efek media berkembang serta konsekuensi sosial macam apa yang ditanggung masyarakat sebagai akibat dari perubahan yang didorong oleh media massa itu.
Komunikasi didalam masyarakat dibagi dalam 5 jenis :
a.       Komunikasi individu dengan individu yaitu komunikasi antar perorangan dan bersifat pribadi baik yang terjadi secara langsung ataupun tidak langsung.
b.      Komunikasi kelompok yaitu komunikasi yang memfokuskan pembahasannya kepada interaksi diantara orang-orang dalam kelompok kecil.
c.       Komunikasi organisasi yaitu komunikasi yang menunjuk pada pola dan bentuk komunikasi yang terjajdi dalam konteks dan jaringan organisasi. Komunikasi organisasi melibatkan bentuk-bentuk komunikaksi antar pribadi dan kelompok.
d.      Komunikasi sosial yaitu salah satu bentuk komunikasi yang lebih intensif, dimana komunikasi terjadi secara langsung antar komunikator dan komunikan, sehingga situasi komunikasi berlangsung dua arah dan lebih diarahkan kepada pencapaian situasi integrasi sosial, melalui kegiatan ini terjadilah aktualisasi dari berbagai masalah yang dibahas.
e.       Komunikasi massa yaitu komunikasi yang berlangsung pada tingkat masyarakat yang luas. Pada tingkat ini komunikasi dilakukan dengan menggunakan media massa atau pers.
Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa pers atau media masaa merupakan salah satu media komunikasi khususnya komunikasi massa, maka kali ini akan dikaitkan dengan public speaking yang memanfaatkan media masssa sebagai ranahnya. Komunikasi massa sendiri memiliki ciri-ciri : sumbernya adalah organisasi formal dan pengirimnya adalah profesional; pesannya beragam dan dapat diperkiarakan, pesan diproses dan distandarisasikan; pesan sebagai produk yang memiliki nilai jual dan makna simbolik; hubungan antara komunikan dan komunikator berlangsung satu arah dan bersifat impersonal dan kalkulatif.
Pers sebagai organisasi yang menjadi tempat industri informasi yang menjadi ranah public speaking memiliki keterkaitan dengan masalah-masalah sosiologi komunikasi. Masyarakat yang memperoleh informasi dari seorang yang melakukan public speaking tidak semuanya memiliki pemikiran yang sama meskipun informasi yang didapat berasal dari satu sumber yang sama. Oleh karena itu pers dan public speaker (orang yang melakukan public speaking) berperan untuk mengatur sedemikian rupa bagaimana caranya agar informasi yang disampaikan dapat diterima oleh masyarakat luas. Hal ini berhubungan dengan khalayak yang dihadapi dan bagaimana usaha public speaker dan pers untuk memengaruhi masyarakat.
2.5.2  Khalayak yang Dihadapi
     Seorang public speaker akan menghadapi khalayak tertentu, yang terdiri lebih dari satu orang dengan jumlah maksimal yang kadang tidak dapt ditentukan batasnya. Khalayak tersebut memiliki derajat heterogenitas yang cukup tinggi (khususnya Indonesia) sehingga kemungkinan menghadapi khalayak yang benar-benar homogen secara sempurna hampir tidak terjadi.  Kultur timur bangsa Indonesia berbeda dengan kultur masyarakat  di belahan dunia lain, begitu pula sebaliknya.
     Dalam menghadapi khalayak yang beraneka ragam latar belakangnya, seorang pembicara dalam media massa harus mampu membuat tolak ukur yang seragam terlebih dahulu.  Dari sekian banyak perbedaan pasti ada hal yang sama. Salah satu yang dapat dilakukan sebelum melakukan public speaking adalah dengan mengenali khalayak tempat menyampaikan informasi. Misalnya saja dengan mempelajari kultur masyarakat.  Saat berbicara dalam pers di tengah masyarakat yang memiliki tingkat fanatik suatu agama yang kuat, seorang public speaker tidak diperkenankan berbicara , menganai hal-hal yang menyinggung agama masyarakat itu.  Pers juga harus lebih selektif dalam menyiarkan informasi agar tidak terjadi kesenjangan sosial.
2.5.2  Usaha untuk Memengaruhi Khalayak
     Seorang public speaker tentunya harus berusaha mempengaruhi khalayak agar tujuan-tujuan tertentu dapat dicapai.  Kalau seorag pembicara berfungsi sebagai pembaharu, pertama-tama yang harus dilakukannya adalah mengembangkan suasana, yang memerlukan adanya suatu perubahan. Selanjutnya ia harus dapat menggunakan teknik-teknik dan strategi yang mumpuni agar informasi yang disampaikannya dapat diterima oleh masyarakat.  Terlebih dengan adanya pers, tentu saja informasi yang diberikan akan lebih bersifat langsung dan komunikatif.








BAB III
                                                                  PENUTUP           

3.1  Kesimpulan
            Katerkaitan pers sebagai ranah public speaking dengan sosiologi komunikasi tampaknya jelas pada kenyataan bahwa public speaking pada hakikatnya merupakan penerapan konsep-konsep sosiolgi komunikasi tertentu yang memanfaatkan pers sebagai medianya.  Hal yang terpenting adalah bahwa seorang public speaker harus mengetahui dan memahami aspek-aspek sosiologis kehidupan masyarakat. Apalagi bila pengetahuan tersebut ditambah dengan pengetahuan di bidang ilmu-ilmu sosial lainnya seperti antropologi, psikologi sosial dan lain sebagainya.
            Hal penting lainnya adalah seorang public speaker harus senantiasa berterus terang dan pantang mempopulerkan diri dengan cara mendeskriditkan orang lain dalam pers. Ia juga harus menerapkan pelbagai peranan tertentu sekaligus seperti menyesuaikan diri dengan khalayak dan menempatkan diri pada kedudukan lebih tinggi maupun lebih rendah.

3.2  Saran
            Tindakan public speaking melalui pers memang menjadi pilihan banyak kalangan.  Alangkah baiknya apabila pihak yang berkepentingan sebagai public speaker dan pers sebagai medianya bekerjasama untuk menyiarkan atau mempublikasikan informasi-informasi yang tidak mendeskriritkan pihak manapun. Hal ini berkaitan dengan komunikasi sosial yang bisa saja berubah menjadi masalah.





DAFTAR PUSTAKA

Hartanta, Yuni. 2010. “Public Speaking”. (Online) http://www.yunihartanta.com/?p=375. Diakses 2 Januari 2013.
Muhammad, Farouk. 2004. Praktik Ilmu Komunikasi dalam Kehidupan Sehari-hari. Bandung: Teraju.
Purboyo, Rio. 2012. “Pengertian Public Speaking”. (Online) http://publicspeakingmagically.com/pengertian-public-speaking.html. Diakses 29 Desember 2012.
Soekanto, Soerjono. 2010. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suhandang, Kustadi. 2010. Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk dan Kode Etik. Bandung: Nuansa.
Tim Balai Pustaka, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar