Sabtu, 31 Maret 2012

MEMAHAMI HAKIKAT DAN PRINSIP BELAJAR BAHASA KEDUA

Pemerolehan bahasa kedua memiliki kesinambungan dengan pemerolehan bahasa pertama. Istilah pemerolehan bahasa kedua atau second language aqcuisition adalah pemerolehan yang bermula pada atau sesudah usia 3 atau 4 tahun.  Ada dua cara yang berbeda, berdikari, dan mandiri  bagi orang dewasa mengenai pengembangan kompetensi dalam bahasa kedua. Pertama, pemerolehan bahasa merupakan proses yang bersamaan dengan cara anak-anak. Mengembangkan kemampuan dalam bahasa pertama mereka. Pemerolehan bahasa merupakan proses bawah sadar. Para pemeroleh bahasa tidak selalu sadar akan kenyataan bahwa mereka memakai bahasa untuk berkomunikasi. Kedua, untuk mengembangkan kompetensi dalam bahasa kedua dapat dilakukan dengan belajar bahasa. Anak-anak memperoleh bahasa, sedangkan orang dewasa hanya dapat mempelajarinya. Akan tetapi ada hipotesis pemerolehan belajar yang menuntut bahwa orang-orang dewasa juga memperoleh bahasa.  Dengan kata lain, kemampuan memperoleh bahasa tidaklah hilang pada masa puber. Orang-orang dewasa juga dapat memanfaatkan sarana pemerolehan bahasa alamiah yang sama seperti yang dipakai anak-anak.
            Cara pemerolehan bahasa kedua dapat dibagi dua cara, yaitu pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin dan pemerolehan bahasa kedua secara alamiah. Pemerolehan bahasa kedua terpimpin  diajarkan kepada pelajar dengan menyajikan materi yang sudah dipahami. Materi bergantung pada kriteria yang ditentukan oleh guru. Strategi-strategi yang dipakai oleh seorang guru sesuai dengan apa yang dianggap paling cocok bagi siswanya. Pemerolehan bahasa kedua secara alamiah adalah pemerolehan bahasa kedua/asing yang terjadi dalam komunikasi sehari-hari, bebas dari pengajaran atau pimpinan guru. Tidak ada keseragaman cara. Setiap individu memperoleh bahasa kedua dengan caranya sendiri-sendiri. Interaksi menuntut komunikasi bahasa dan mendorong pemerolehan bahasa. Dua ciri penting dari pemerolehan bahasa kedua secara alamiah atau interaksi spontan ialah terjadi dalam komunikasi sehari-hari, dan bebas dari pimpinan sistematis yang sengaja.
            Pemerolehan bahasa kedua merupakan hal yang penting bagi tiap individu untuk bisa berinteraksi dengan baik di lingkungannya. Bagi sebagian besar anak Indonesia, bahasa Indonesia bukan bahasa pertama mereka, melainkan bahasa kedua, atau ketiga.  Pengenalan/penguasaan bahasa Indonesia dapat terjadi melalui proses pemerolehan atau proses belajar.  Proses pemerolehan terjadi secara alamiah, tanpa sadar, melalui interaksi tak formal dengan orang tua dan/atau teman sebaya, tanpa bimbingan. Proses belajar terjadi secara formal, disengaja, melalui interaksi edukatif, ada bimbingan, dan dilakukan dengan sadar. Bahasa pertama (B1) dan bahasa kedua (B2) didapat bersama-sama atau dalam waktu berbeda. Jika didapat dalam waktu yang berbeda, bahasa kedua (B2) didapat pada usia prasekolah atau pada usia Sekolah Dasar. Bahasa kedua (B2) dapat diperoleh di lingkungan bahasa pertama (B1) dan bahasa kedua (B2). Jika diperoleh di lingkungan bahasa pertama, bahasa kedua dipelajari melalui proses belajar formal; jika didapat di lingkungan bahasa kedua, bahasa kedua didapat melalui interaksi tidak formal, melalui keluarga, atau anggota masyarakat bahasa kedua.     
Perbedaan pemerolehan bahasa pertama dengan pemerolehan bahasa kedua :
No.
Pemerolehan Bahasa Pertama
Pemerolehan Bahasa Kedua
1.
2.


3.
Diperoleh sejak lahir.
Merupakan komponen yang hakiki dari perkembangan kognitif dan sosial seorang anak.
Didapat dari hasil meniru penuturan orang lain.
Diperoleh setelah bahasa pertama diperoleh.
Terjadi sesudah perkembangan kognitif dan sosial seorang anak sudah selesai.

Didapat dari hasil belajar.

Analisis Struktur Naskah Drama "Mak Comblang"


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Drama merupakan salah satu dari tiga macam genre sastra sebagai cabang kesenian yang mandiri.  Secara etimologi, kata “drama” berasal dari bahasa Yunani "draomai" yang berarti “menirukan”, selanjutnya dalam pengertian umum diartikan “berbuat, berlaku, bertindak, atau beraksi”.    Adapun beberapa pendapat para ahli tentang pengertian drama antara lain: (1) drama adalah kualitas komunikasi, situasi, action, (segala apa saja yang terlihat dalam pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (exiting), dan ketegangan pada pendengar/penonton, (2)  drama adalah "hidup yang dilukiskan dengan gerak" (life presented in action). Jika buku roman menggerakkan fantasi kita, maka dalam drama kita melihat kehidupan manusia diekspresikan secara langsung di muka kita sendiri, (3) drama adalah konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama, (4) drama haruslah melahirkan kehendak manusia dengan action, (5) drama adalah kesenian melukiskan sifat dan sikap manusia dengan gerak, dan (6) drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog, yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action dihadapan penonton (audience).
            Drama juga diklasifikasikan menjadi drama dalam bentuk naskah dan drama yang dipentaskan. Drama dalam bentuk naskah merupakan salah satu genre sastra yang disejajarkan dengan puisi dan prosa. Sedangkan drama dalam bentuk pentas adalah jenis kesenian mandiri yang merupakan integrasi antara berbagai jenis kesenian seperti musik, tata lampu, seni lukis (dekor, panggung), seni kostum, seni rias, dan sebagainya.
            Dalam makalah ini penulis akan menganalisis drama dalam bentuk naskah. Di mana naskah drama sebagai salah satu jenis pengucapan kesusastraan, selain memiliki elemen-elemen yang sama dengan roman pada umumnya yakni alur, tema dan penokohan. Naskah drama dibedakan dengan bentuk-bentuk lainnya terutama dalam hal pemenuhan tuntutan kebutuhan penyajian kembali di atas pentas. Dalam hal ini, pelaku dituntut untuk memerankan perwatakan tokoh-tokohnya serta melaksanakan dialog-dialognya demi mendukung kelancaran cerita.
            Naskah drama “Mak Comblang” yang merupakan adaptasi dari “The Mariage” karya Nikolai Gogol agaknya cukup menarik untuk dijadikan bahan analisis karena bercerita mengenai hal-hal atau kejadian yang mungkin dekat dengan kehidupan di sekitar kita. Naskah drama ini juga menyinggung segala macam tingkah manusia, orang-orang yang ambisius, angkuh, sok priyayi, kenes dan mmbanggakan diri secara berlebihan, serta orang yang kehilangan akal sehatnya karena haus kekayaan. Mereka menganggap perkawinan hanyalah transaksi dagang yang selalu harus memperhitungkan untung dan rugi secara materi.
 Seorang wanita bernama Ambarita yang dikenalkan oleh Ny. Eliya kepada lima orang pria dengan berbagai macam karakter untuk dijadikan suami ternyata mengalami kebingungan.  Ny. Eliya menjadi “Mak Comblang” dalam usaha Ambarita mencari suami.  Namun urusan percomblangan ini malah menjadi berbelit-belit oleh ulah Karim. 
            Naskah drama “Mak Comblang”  yang menceritakan tentang kehidupan yang dekat dengan apa yang ada dalam kehidupan nyata dengan cerita yang ringan dan adegan-adegan yang mengandung humor. Naskah ini juga memuat cerita yang penuh kejutan. Hal ini lah yang membuat penulis untuk mencoba mengkaji naskah drama berjudul “Mak Comblang” dengan pendekatan struktural.

1.2  Batasan masalah
            Batasan masalah dalam suatu kajian atau analisis  sangatlah penting dalam menentukan arah tujuan. Namun dengan segala keterbatasan penulis maka analisis naskah drama “Mak Comblang” penulis batasi hanya dari segi struktur.

1.3  Perumusan Masalah
            Perumusan masalah dalam analisis stuktur naskah drama “Mak Comblang” hanya dititikberatkan pada analisis stuktur dan unsur-unsur intrinsik saja.  Ada pun unsur-unsur itu meliputi :
1.      Tema
2.      Dialog
3.      Peristiwa atau kejadian
4.      Latar atau seting (latar tempat, latar waktu dan latar suasana)
5.      Penokohan atau perwatakan
6.      Alur atau plot
7.      Amanat

























BAB II
PEMBAHASAN

            Dalam karya sastra ada yang disebut dengan struktur.  Drama sebagai salah satu genre sastra tentunya memiliki struktur.  Struktur di sini dalam arti bahwa karya sastra itu merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi hubungan yang timbal balik dan  saling menentukan. Jadi, kesatuan unsur-unsur dalam sastra bukan hanya berupa kumpulan atau tumpukan hal-hal atau benda-benda yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan hal-hal itu saling terikat, saling berkaitan, dan saling bergantung.
Dalam drama, struktur atau unsur-unsur pokok yang dimaksud di sini sering juga disebut sebagai unsur intrinsik.  Menurut Nyoman Kutha Ratna, unsur-unsur pokok yang terkandung di dalam drama dan dapat dijadikan sebagai poin-poin analisis struktural antara lain :

2.1 Tema
Esten (1978 : 22) mengemukakan bahwa tema adalah sesuatu yang menjadi pemikiran, sesuatu yang menjadi persoalan bagi pengarang.  Tema sebuah drama merupakan permasalahan yang mendasari sebuah cerita. Pokok permasalahan itu mungkin berupa kehidupan, pandangan hidup atau komentar tentang lingkungan. Tema berkedudukan sangatlah penting karena merupakan titik sentral yang melatar belakangi suatu cerita atau peristiwa.
Dalam naskah drama “Mak Comblang” tema yang diangkat adalah mengenai percintaan.  Di mana dari tema percintan ini ditarik sebuah cerita unik dengan bumbu percomblangan atau jodoh menjodohkan.

2.2  Dialog
            Menurut kamus istilah sastra yang diterbitkan oleh balai pustaka, dialog adalah percakapan di dalam karya sastra antara dua tokoh atau lebih yang biasanya mencerminkan pertukaran pikiran atau pendapat. Dialog yang membangun naskah drama “Mak Comblang” ini merupakan dialog langsung  bergantian antara tokoh satu dengan tokoh yang lain.  Seorang tokoh berbicara dan tokoh lainnya mendengarkan dan selanjutnya menjawab sehingga pada gilirannya menjadi pembicara.

2.3 Peristiwa atau Kejadian
            Menurut kamus istilah sastra yang diterbitkan oleh balai pustaka, peristiwa atau kejadian merupakan unsur alur yang merupakan kejadian yang penting atau kisaran pendek yang berhubungan dengan suatu situasi. Jika peristiwa dirangkai secara berkaitan, ia menjadi episode dalam alur.
            Dalam naskah drama “Mak Comblang” ini awalnya menceritakan Akhmad sebagai seorang pria yang usianya sudah sangat matang untuk menikah dan memiliki seorang istri.  Namun ia yang terbiasa hidup membujang dihantui keraguan untuk segera memiliki istri sehingga terjadi perdebatan antara Akhmad dan Karim yang menginginkan agar Akhmad segera menikah. Selanjutnya naskah drama ini mengisahkan tentang seorang wanita bernama  Ambarita yang dicomblangkan atau dicarikan jodoh oleh Nyonya Eliya dengan lima orang pria (termasuk Akhmad) sebagai bakal calon suami yang akan dipilih oleh Ambarita.  Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada Akhmad dan Ambarita itu dirangkai secara berkaitan sehingga membentuk sebuah cerita yang berkaitan.

2.4  Latar atau Seting
Latar atau seting adalah tempat atau masa terjadinya cerita. Sebuah cerita harus jelas dimana berlangsungnya suatu kejadian dan kapan (Sumardjo : 1984), sedangkan menurut Zakaria (1981 : 23) mengatakan bahwa latar merupakan tempat terjadinya peristiwa atau tempat berlakunya peristiwa.  Latar atau seting dibedakan menjadi :
2.4.1  Latar Tempat
Ada beberapa latar tempat yang terdapat pada naskah drama “Mak Comblang” , antara lain di sebuah kamar seorang bujangan (kamar milik Akhmad) yang menjadi latar tempat pada babak pertama.  Latar tempat selanjutnya adalah  di sebuah kamar milik Ambarita yang menjadi latar tempat pada babak kedua dan ketiga.  Tidak digambarkan secara detail mengenai tata letak properti panggung untuk menunjang panggung yang ditata menyerupai sebuah kamar.  Hal ini bisa jadi disengaja oleh pengaang untuk memberikan kebebasan kepada sutradara untuk mengatur sendiri tata letak properti panggung. 
2.4.2   Latar Waktu
     Latar waktu pada naskah drama “Mak Comblang” tidak banyak dicantumkan.  Hanya pada babak ketiga dapat diketahui bahwa latar waktunya adalah sore hari seperti yang ada pada kutipan dialog berikut :
Serabi
Ambar
:
:
Selamat sore, nona Ambar.
Oh, selamat datang tuan serabi. Boleh saya bertanya ... ...
     Untuk latar waktu pada babak pertama dan babak kedua didak tiketahui latar waktunya.  Namun sutradara dapat mengatur sendiri latar waktu sesuai dengan situasi cerita dalam naskah.
2.4.3  Latar Suasana
  Naskah drama “Mak Comblang” menyajikan suanana penuh kebingunan dan kebimbangan yang dialami tokoh-tokohnya terutama tokoh Akhmad dan Ambarita.  Tokoh Akhamd mengalami kebingungan yang dilematis pada saat ia dihadapkan pada kenyataan bahwa di usianya yang matang, ia tak kunjung mempunyai istri.  Namun di sisi lain ia tidak mau repot-repot untuk memiliki istri.
  Sedang untuk tokoh Ambarita, ia juga sangat kebingungan ketika harus memilih calon suami yang dipilihkan Ny. Eliya.  Kebingungan Ambarita bertambah ketika Karim menghasutnya untuk memilih Akhmad.


2.5  Penokohan atau Perwatakan
Penokohan dalam suatu cerita drama merupakan suatu hasil kreatif pengarang secara imajinatif dalam melukiskan watak dan pribadi para tokoh melalui sikap, cakapan serta perbuatannya. Penokohan yang baik yaitu penokohan yang berhasil mengembangkan tokoh-tokoh dan mengembangkan watak dari tokoh-tokoh tersebut yang mewakili tipe-tipe manusia yang dikehendaki tema dan amanat (esten : 27)
Untuk mengenal dan memahami para watak tokohyang ada di dalam sebuah cerita , kita dapat meneliti: (1) apa yang dilakukan, (2) apa yang dikatakannya, (3) apa sikapnya dalam menghadapi persoalan, (4) bagaimana penilaian tokoh lain atas dirinya (Sumardjo, 1984 : 67).
Ada pun analisis penokohan atau perwatakan yang ada pada naskah drama “Mak Comblang” diuraikan secara tokoh pertokoh sebagai berikut :
1.      Akhmadin Akhmad
Akhmad sebagai tokoh utama tampil sebagai sosok ambtenaar  yang tak percaya diri ketika harus menghadapi sebuah perkawinan.  Ia mengkalkulasi materi demi menutupi sifatnya yang peragu, tidak tetap pendiriannya dan cenderung membuang-buang kesempatan atas nama harga diri. Akhmad pun dinilai sebagai orang yang cukup angkuh dengan memamerkan materi dan sangat menyukai pujian.  Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut :
Akhmad

Karta
Akhmad
Karta
Akhmad
:

:
:
:
:
Jasku yang paling bagus. Yang lain kurang bagus kwalitetnya bukan ?
Oh iya, tuan. Yas tuan yang paling bagus, tuan.
Jadi punyaku yang paling-paling bagus, ha ?
Tak perlu disangsikan lagi, tuan.
Ha, jasku paling bagus. Itu sebabnya itu tukang jahit tanya sama kau; “Kenapa kau punya tuan suruh bikin jaas baru dari bahan yang begitu tinggi kwalitetnya ?”. Bukan begitu ?

2.      Karta
Sosok Karta dalam naskah drama ini digambarkan sebagai pembantu atau pelayan bagi Akhmad.  Karta adalah orang yang penurut dan atuh terhadap perintah majikannya.  Hal ini dpat diamati dari dialog-dialog antar tokoh Karta dan Akhmad.  Di mana ketika Akhmad menyuruh atau memanggil, Karta dengan sigap melaksanakan apa yang diperintah Akhmad.

3.      Karim
Sosok Karim tampil sebagai sahabat Akhmad yang juga sekaligus keluarga dekat dari Ambarita.  Karim mati-matian merayu Akhmad yang peragu untuk segera menikah.  Ia merupakan tokoh mak comblang kedua setelah Ny. Eliya.
4.      Ny. Eliya
Ny. Eliya merupakan seorang mak comblang yang berusaha menjodohkan Ambarita dengan enam orang pria sebagai calonnya. Dalam hal ini ia bersaing dengan tokoh Karim yang berusaha menjodohkan tokoh Ambarita dengan Akhmad. Keduanya bersaing seperti tim sukses calon kepala daerah yang memperebutkan kursi kekuasaan.  Persaingan di antara mereka pun penuh intrik.
5.      Tigor
Tigor adalah salah satu orang yang dicomblangkan oleh Ny. Eliya. Tigor merupakan seorang pelaut yang sudah bertandang ke berbagai negara.  Ia dapat dikategorikan sebagai orang yang tidak punya apa-apa karena terdapat kutipan dialog seperti di bawah ini :
Eliya
Ambar
Eliya
Ambar
Eliya
:
:
:
:
:
Kalau saja ambil saja Tuan Tigor. Dia juga baik.
Bagaimana rambutnya ?
Bagus.
Dia punya hidung ?
Seperti itulah. Yang jelas, dia tidak punya apa-apa. Satu tongkatpun. Dia tak punya. Kamarnya telanjang seperti bayi baru lahir. Tak ada apa-apanya, kecuali sebuah bale-bale reyot.

6.      Rd.Tatang Serabi
Serabi merupakan salah satu orang yang dicomblangkan oleh Ny. Eliya.  Ia adalah tokoh yang digambarkan sebagai pegawai negeri berkedudukan tinggi (Jaksa) atau bisa disebut termasuk kaum priyayi. Tubuhnya besar (gendut), namun ia memiliki rasa kemanusiaan yang besar pula. Namun usianya sudah tidak muda lagi yaitu kurang lebih 50 tahun.

7.      Arjuna
Arjuna merupakan salah satu orang yang dicomblangkan oleh Ny. Eliya.  Ia memiliki perawakan yang jangkung dan memiliki sifat perfeksionis dalam mencari istri.  Arjuna menginginkan calon istri yang cantik, berpendidikan dan bisa berbahasa Ingrris, padahal dirinya sendiri tidak bisa berbahasa Inggris. Kutipan yang mendukung perwatakan Arjuna sebagai berikut :
Eliya
:
Ada yang bernama tuan Arjuna. Satu contoh keelokan dengan bibir yang mungil seperti murbei. “Aku inginkan isteri”, katanya ... “Yang tidak saja cantik, tetapi juga berpendidikan. Aku mau isteri yang bisa bicara Inggris”. Benar-benar orag berkebudayaan. Sangat halus dan sangat lemah. Pahanya sebesar tangan gadis. Tapi dia jangkung.

8.      Ambarita Ruwanti
Ambarita menjadi tokoh yang menjadi sentral cerita dan menentukan nasib beberapa tokoh lainnya. Pemikirannya mudah dialihkan cenderung berubah-ubah.  Ia mudah dihasut oleh tokoh lain.  Dengan kata lain Ambarita juga merupakan seorang yang peragu dalam menentukan pilihan.  Hal ini tentu saja membuat bingung tokoh-tokoh yang ingin melamar Ambarita.  Seolah-olah mereka dipermainkan sengaja dijerat masuk kemudian dihempaskan.  Sikap Ambarita ini lah yang menimbulkan konflik.
9.      Arina
Tokoh Arina yang berperan sebagai bibi dari Ambarita merupakan tokoh pembantu yang meramaikan cerita.  Ia merupakan sosok yang nyinyir dan materialistik.  Arina menginginkan seseorang yang kaya untuk menjadi pendaamping hidup Ambarita. 
10.  Siti
Tokoh Siti dalam naskah drama ini tidak banyak menonjol dan hanya sebagai tokoh sampingan yang ikut meramaikan cerita.  Siti adalah seorang pembantu rumah tangga yang patuh terhadap perintah majikannya. 


2.6  Alur atau Plot
Alur atau plot adalah jalan cerita yang merupakan rangkaian peristiwa yang saling berhubungan sehingga terjalin suatu cerita. Seperti dikemukakan oleh Rusyana (1978 : 67), yang dimaksud alur atau jalannya cerita adalah rangkaian cerita yang di bentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita.  Ada pun alur atau plot yang terdapat dalam naskah drama “Mak Comblang” yang mengususng alur maju penulis uraikan menjadi beberapa segmen sebagai berikut :
1.      Pengenalan Situasi Cerita
Cerita dimulai ketika Akhmad merasa kebingungan menentukan pilihan apakah ia harus menikah atau tidak.  Pada saat seperti  ini muncul sosok Karim yang menginginkan Akhmad untuk segera menikah.  Terjadi perdebatan antara Akhmad dan Karim.  Kemudian tokoh Ny. Eliya masuk ke dalam cerita dengan menawarkan kepada Akhmad untuk menikahi seorang gadis bernama Ambarita.
2.      Menuju Adanya Konflik
Pemunculan konflik dimulai saat ternyata Ny. Eliya mencarikan calon suami untuk Ambarita lebih dari satu orang.  Hal ini tentu membingungkan Ambarita untuk menentukan pilihannya.  Terlebih semua calon yang dibawa oleh Ny. Eliya memperebutkannya.
3.      Puncak Konflik
Persaingan antar tokoh yang menjadi kandidat untuk dipilih oleh Ambarita sebagai suami semakin memanas.  Bujukan-demi bujukan diterima oleh Ambar dan hal ini membuatnya sangat kebingungan menentukan pilihan.  Intrik demi intrik pun muncul untuk mendapatkan hati Ambarita.  Karim pun gencar sekali merayu Ambarita untuk memilih Akhmad.  Dengan segala intriknya Karim menyingkirkan kandidat-kandidat lain calon suami Ambarita untuk menjadikan Akhmad sebagai satu-satunya calon. 
4.      Penyelesaiann
Akhirnya Ambarita memilih akhmad sebagai calon suaminya.  Namun saat perhelatan pernikahan Ambarita dengan Akhmad akan dimulai, Akhmad malah melarikan diri dengan loncat keluar melalui jendela untuk menghindari pernikahan.

2.7  Gaya Bahasa
Menurut selamet dan simanjuntak (sekada, 1987 : 84), mengatakan bahwa gaya bahasa merupakan susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang tumbuh atau yang hidup dalam hati penulis, dan yang sengaja ataupun tidak sengaja menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca.
Peranan bahasa merupakan hal sangat penting dalam mengungkapkan isi hati, pikiran, dan perasaan seseorang khususnya pengarang. Pengungkapan hal tersebut akan lebih baik apabila penggunaan bahasa itu ditafsirkan dengan gaya bahasa, yang akan menimbulkan serta memberikan keindahan, kenikmatan, dan perasaan tertentu bagi pembaca.
Gaya bahasa yang ditampilkan dalam naskah drama “Mak Comblang” cukup ringan dan santai.  Namun susunan kata-kata dalam kalimat-kalimatnya menggunakan bahasa yang sering kali dibolak-balik sehingga menimbulkan sedikit kebosanan karena pembaca naskah mesti memahami dialog demi dialog pelan-pelan.

2.8  Amanat
            Amanat yang terkandung dalam naskah drama “Mak Comblang” antara lain :
1.      Belajarlah menentukan pilihan, karena keraguan menunjukkah ketidakdewasaaan.
2.      Berpikir logis dan singkirkan rasa egois.
3.      Kalah dan menang dalam persaingan itu biasa, yang luar biasa adalah apabila yang menang maupun yang kalah dapat menempatkan dirinya pada situasi yang adil.
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan analisis struktur naskah drama “Mak Comblang”, dapat ditarik kesimpulan berdasarkan masing-masing unsur yang membangun cerita dalam naskah drama yang diuraikan sebagai berikut :
1.      Tema
Tema yang diangkat ke dalam naskah ialah mengenai percintaan yang melibatkan unsur percomblangan.
2.      Dialog
Dialog menggunakan percakapan lansung antar tokoh secara bergantian.  Jika salah satu tokoh berbicara, maka tokoh yang lain mendengarkan.
3.      Peristiwa atau kejadian
Peristiwa tau kejadian yang dialami tokoh satu dengan tokoh yang lain dikaitkan sehingga membentuk sebuah cerita yang berkaitan.
4.      Latar atau seting
Untuk latar tempat digambarkan jelas oleh naskah meskipun tidak dijelaskan tata letak properti yang mendukung pada saat di panggung.  Latar waktu tidak dicantumkan oleh pengarang baik melalui teks samping maupun dalam dialog, terkecuali yang ada ada babak ketiga.  Sedangkan latar suasana lebih cenderung menggambarkan suasana kebingungan dan kebimbangan tokoh-tokohnya.
5.      Penokohan atau perwatakan
Perwatakan masing-masing tokoh cukup dijelaskan melalui dialog-dialog antar tokoh.
6.      Alur atau plot
Alur yang digunakan merupakan alur maju.
7.      Amanat
Amanat utamanya adalah “Belajarlah menentukan pilihan, karena keraguan menunjukkah ketidakdewasaaan.”



DAFTAR RUJUKAN

Aminudin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : Sinar Baru.
Iwan (2012): http://iwan5f.blogspot.com. Kajian Drama Analisis Struktur Naskah. 10 Maret 2012.
Anonim (2008): http://sendratasik.wordpress.com. Pengertian Drama dan Teknik Penulisan Naskah Drama. 10 Maret 2012.