Senin, 14 November 2011

ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN DALAM KARYA SASTRA


Realisme
Aliran realisme ialah aliran yang ingin mengemukakan kenyataan, barang yang lahir (lawan batin). Sifatnya harus obyektif karena pengarang melukiskan dunia kenyataan. Segala-galanya digambarkan seperti apa yang tampak, tak kurang tak lebih. Rasa simpati dan antipati pengarang terhadap obek yang dilukiskannya, tak boleh disertakannya. Dengan perkataan lain, pengarang dalam ceritanya itu tidak ikut bermain, dia hanya penonton yang obyektif. Karya sastra angkatan 45 baik puisi maupun prosa banyak dipengaruhi oleh aliran realisme.
                Contoh :
                                PENERIMAAN
Chairil Anwar
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan Tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Untukku sendiri lagi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi
Ekspresionisme
Kalau aliran realisme melukiskan apa yang tampak, yang nyata, maka seniman ekspresionisme merasakan apa yang bergejolak dalam jiwanya. Pengarang ekspresionisme menyatakan perasaan cintanya, bencinya, rasa kemanusiaannya, rasa ketuhanannya yang tersimpan di dalam dadanya. Baginya, alam hanyalah alat untuk menyatakan pengertian yang lebih tentang manusia yang hidup.
Kalau seniman impresionistis menyatakan kesannya sesudah dia melihat sesuatu, maka seniman ekspresionistis mengeluarkan rasa yang menyesak padat di dalam kalbunya dengan tak memerlukan rangsangan dari luar. Sifat lukisannya subyektif. Pernyataan jiwa sendiri ini terutama dinyatakan dengan bentuk puisi karena puisi adalah alat utama pujangga sastra untuk melukiskan perasaannya. Sajak-sajak Chairil Anwar kebanyakan ekspresionistik sifatnya.
Ke dalam aliran ekspresionisme termasuk juga aliran-aliran: romantic, idealisme, mistisisme, surealisme, simbolik, dan psikologisme.
Naturalisme
Aliran naturalisme ingin melukiskan keadaan yang sebenarnya, sering cenderung kepada lukisan yang buruk, karena ingin memberikan gambaran nyata tentang kebenaran. Untuk melukiskan kejelekan masyarakat, pengarang naturalis tidak segan-segan melukiskan kemesuman. Emelia Zola seorang pengarang naturalis Perancis yang paling besar di zamannya.  Sering lukisannya dianggap melampaui batas kesopanan sehingga seolah-olah tidak ada lagi batas-batas ukuran susila dan ketuhanan padanya.
Determinisme
Determinisme ialah cabang aliran naturalisme, bias diartikan ‘paksaan nasib’. Tetapi bukan nasib yang ditentukan oleh keadaan masyarakat sekitar seperti kemiskinan, penyakit, penyakit keturunan, kesukaran karena akibat peperangan, dan sebagainya. Yang menjadi soal dalam karangan-karangan aliran ini ialah penderitaan seseorang: jahatkah, melaratkah, menderita karena penyakit keturunan, bukan karena Tuhan sudah menakdirkan dia harus hidup demikian, melainkan sebagai akibat masyarakat yang bobrok. Masyarakat yang bobroklah yang melahirkan manusia-manusia seperti itu. Cara pengarang melukiskan juga naturalistic.

Impresionisme
Pengarang impresionistis melahirkan kembali kesan atas sesuatu yang dilihatnya. Kesan itu biasanya kesan sepintas lalu.Pengarang takkan melukiskannya sampai mendetail, sampai kepada yang sekecil-kecilnya seperti dalam aliran realisme atau naturalisme sipaya ketegasan, spontanitas penglihatan, dan perasaan mula pertama tetap tak hilang. Lukisan seperti itulah lukisan beraliran impresionisme.
Romantisme
Aliran romantic mengutamakan rasa, sebagai lawan aliran realisme. Pengarang romantis mengawan kea lam khayal, lukisannya indah membawa pembaca kea lam mimpi. Yang dilukiskannya mungkin saja terjadi, tetapi semua dilukiskan dengan mengutamakan keharuan rasa para pembaca. Bila seseorang berada dalam keadaan gembira, maka suasana sekitarnya harus pula memperlihatkan suasana yang serba gembira, hidup, berseri-seri. Demikian juga sebaliknya. Kata-katanya pilihan dengan perbandingan-perbandingan yang  muluk-muluk.
Aliran romantic terbagi pula atas aktif romantic dan pasif romantic. Dinamakan aktif romantic apabila lukisannya menimbulkan semangat untuk berjuang, mendorong keinginan untk maju. Dinamakan pasif romantic, apabila lukisannya berkhayal-khayal, bersedih-sedih, melemahkan semangat perjuangan.
Idealisme
Idealisme ialah aliran romantic yang didasarkan pada ide pengarang semata-mata. Pengarang memandang ke masa yang dapat memberikan bahagia kepadanya atau kepada nusa dan bangsanya. Seolah-olah pengarang seorang juru ramal yang merasa bahwa ramalannya (fantasinya) pasti atau sekurang-kurangnya mungkin terjadi.


Mistisisme
Dalam aliran ini terasa ciptaan yang bernapaskan rasa ketuhanan. Pengarang selalu mencari dan mendekatkan dirinya kepada Zat Yang Mahatinggi. Aliran ini melahirkan ciptaan yang didasarkan pada ketuhanan, pada filsafat, dan alam gaib. Contohnya dapat dilihat pada karangan-karangan Hamzah Fansuri (pujangga lama), Amir Hamzah (Pujangga baru), Taslim Ali (Angkatan 45).
Surealisme
Dalam aliran ini lukisan realitasnya bercampur angan-angan, angan-angan amat mempengaruhi bentuk lukisan. Di dalamnya ada pernyataan jiwa, pemasakan dalam jiwa. Kalau dalam film semua hal (gerak-gerik, suara, musik, pemandangan) dapat dinyatakan serentak, maka di dalam tulisan, hal-hal seperti itu harus dinyatakan satu demi satu. Itu sebabnya, lukisan tampak melompat-lompat dari yang satu kepada yang lain, justru untuk menyatakan keseluruhan itu sekaligus.
Pembaca sulit mengikuti karangan yang bercorak surealisme. Pembaca harus menyatukan dalam pikirannya segala lukisan yang seakan-akan bertaburan itu. Jalan atau aturan tata bahasa seolah-olah diabaikan oleh pengarang karena pikirannya meloncat-loncat dengan cepat. Logika seakan-akan hilang, alam benda dan alam pikiran bercampur aduk menjadi satu. Kebanyakan sajak-sajak Sitor Situmorang beraliran surealisme.
Simbolisme
Lukisan secara simbolik ialah lukisan yang menganbil sesuatu sebagai pelambang, sering kelihatan seperti sindiran. Pada masa jepang berkuasa di tanah air kita, sensor atas karangan-karangan amat keras. Untuk mencoba melepaskan diri dari jaringan sensor itu, dibuatlah karangan yang simbolis. Jika tidak, maka karangan ditambah lagi dengan kalimat-kalimat yang tak berarti sekedar untuk mengelabuhi mata sensor Jepang.
Dalam karangan yang simbolis biasanya binatang atau tumbuhan dilukiskan sebagai manusia dengan sifat-sifatnya. Misalnya Hikayat Kalilah dan dimnah, Hikayat Panca Tantra, Syair si Burung Pungguk.
Dalam kesusastraan Indonesia, kita lihat misalnya karangan Maria Amin Tinjaulah Dunia Sana. Tokohnya ikan-ikannya dalam akuarium. Gerak-gerik dan sifat-sifat ikan itu dilukiskannya sebagai lukisan manusia yang beraneka ragam sifatnya. Aliran simbolik sejalan dengan surealisme, yakni bahwa ala mini hanyalah sebagai batu loncatan untuk menyatakan pengertian yang lebih tentang manusia yang hidup.
Psikologisme
Aliran ini mengutamakan penguraian psiko (jiwa). Itu sebabnya pengarang harus mempunyai pengetahuan tentang dasar-dasar  jiwa manusia berdasarkan teori-teori para ahli ilmu jiwa umpamanya Freud dan Kunkel, mengetahui teeori serta mendalami jiwa manusia seperti tokoh cerita yang akan ditampilkannya. Harus tahu bagaimana jiwa orang Islam, Kristen, Budha, Hindu, sehubungan dengan agama anutan masing-masing. Harus tahu bagaimana jiwa manusia yang berpaham Marxisme, anarchisme, dan sebagainya. Dengan tak memiliki pengetahuan tersebut, sukarlah bagi pengarang melukiskan jiwa tokoh-tokoh ceritanya setepat mungkin. Contoh karangan yang beraliran psikologisme dalam kesusastraan kita adalah Atheis karya Achdiat Kartamihardja dan Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis.

Jumat, 11 November 2011

SASTRA ANAK

Sastra anak adalah sastra yang dibaca anak- anak dengan bimbingan dan pengarahan anggota dewasa suatu masyarakat, sedang penulisannya juga dilakukan oleh orang dewasa “karya yang khas dunia anak, dibaca anak, serta pada dasarnya dibimbing orang dewasa”. Hal yang tidak boleh dilupakan dalam memahami dan bergaul dengan sastra anak antara lain :
·         Bahwa kita berhadapan dengan karya sastra dan dengan demikian menggunakan elemen sastra yang lazim seperti sudut pandang, latar, watak, alur dan konflik, tema, gaya, dan nada.
·         Kita mendapat kesan yang mendalam dan serta merta yang kita temukan dalam (bahkan) pada pembacaan pertama adalah adanya kejujuran, penulisan bersifat langsung, serta informasi yang memperluas wawasan.
Sastra anak bersumber dari pengalaman, pengetahuan umum, pemahaman psikologis, pedagonis, sosial, hukum, adat, budaya, bahkan agama. Sastra anak lahir kemudian diwariskan oleh nenek moyang secara turun temurun  melalui lisan. Sastra anak secara formal dan intitisional dimulai pada abad ke-19.
Tema yang diangkat pada sastra anak beragam mengenai masalah kehidupan apalagi jika disangkutkan dengan tujuan penulisannya seperti pendidikan, pengajaran, budi pekerti, lingkungan, kebudayaan, anak mandiri dan lainnya. Tema yang diangkat dalam sastra anak menjauhi unsur-unsur kekerasan dan asusila.Sastra anak selain dimaksudkan untuk menghibur, ia juga dibuat sebagai alat penunjang pendidikan karena unsur-unsurnya yang mendidik.


Jenis-jenis sastra anak :
1.      Bacaan anak usia dini
Bacaan ini ditulis khusus bagi anak-anak yang masih di bawah umur lima sampai enam tahun. Contoh bacaan ini antara lain :
o   Buku huruf/ABC
o   Buku berhitung
o   Buku tentang konsep
o   Buku tanpa kata
o   Bacaan untuk pemula
o   Buku bacaan bergambar
2.      Kisah-kisah tradisional
Kisah-kisah tradisional adalah cerita-cerita karena sifatnya yang anonim dan turun temurun yang dikenal sebagai milik setiap orang, dimiliki oleh setiap bangsa di dunia. Kisah serupa ini biasa disebut folklor, kisah-kisah yang berisi kebijaksanaan, kasih saying dan impian sebuah kelompok dan komunitas yang menjadi milik bersama, bahkan menjadi acuan hidup.  Berikut yang termasuk dalam kisah-kisah tradisional :
o   Pepatah/pribahasa
o   Cerita binatang
o   Fabel
o   Cerita rakyat
o   Mitos
o   Legenda
3.      Sajak
Sajak anak diciptakan dengan kata-kata yang kuat, kaya dan imajinatif. Sajak-sajak untuk anak dapat mempersoalkan mulai dari hal-hal yang remeh, lucu, kehidupan sehari-hari, tentang alam, masa silam, impian, rasa takut dan sebagainya. Beberapa bentuk puitik tersedia bagi anak-anak misalnya sajak bebas, sajak-sajak yang ditemukan dalam buku bergambar, sajak konkret, puisi naratif dan puisi lirik.
4.      Fantasi
Fantasi bersifat khayali dan bersumber dari imajinasi. Misalnya hadirnya peri, dewa, naga, atau objek yang mempunyai kekuatan supranatural sepeti keris, cermin, sapu dan lain-lain. Semua mitos, legenda, cerita rakyat, fabel, dan cerita hantu termasuk dalam cerita fantasi.
5.      Cerita Realistik
Cerita realistic ialah cerita yang bersumber dari kehidupan nyata dan tidak mengada-ada. Cerita realistic mencakup novel-novel kesejarahan, kisah tentang orang-orang dari negeri seberang dan jauh, juga cerita tentang kehidupan mutakhir.
6.      Biografi
Biografi merujuk pada sjarah hidup seseorang. Pada kaitannya dengan sastra anak, biografi biasanya ditulis mengenai orang-orang yang menginspirasi bagi anak anak. Tokohnya digambarkan sebagai individu yang khas sehingga anak bisa belajar dari semangat, cara hidup dan capaian hidup tokoh. Umumnya biofrafi untuk anak disampaikan dalam bentuk fiksi.
7.      Fiksi Kesejarahan
Ragam ini sebetulnya adalah fiksi realistic yang terjadi pada masa silam. Karena masanya yang cukup lama maka kesejarahannya menjadi nyata dan penting. Fiksi kesejarahan ialah kisah yan tejadi pada masa lalu, dengan penjelasan langsung bahwa masanya haruslah faktual. Cerita bisa bemacam-macam seperti peperangan, peristiwa berdarah, keluarga dan lain-lain yang disukai anak-anak.
8.      Nonfiksi/Buku Informasi
Nonfiksi atau buku informasi secara khusus memberikan kepada pembacanya pengetahuan perihal masalah atau objek tertentu. Buku-buku itu sangat banyaragamnya seperti membicarakan tentang lautan, gunung, penyakit, makanan dan lain-lain.
9.      Drama
Drama yang ditulis khusus untuk anak biasanya menyangkut langsung persoalan anak-anak atau persoalan besar lain yang dianggap perlu mereka pahami dan maknai. Lazimnya drama banyak digunakan di sekolah sebagai alat dan cara untuk menerjemahkan bacaan-bacaan mereka.




Contoh Analisis Karya Sastra Anak (cerpen):

“BERANI MENOLAK”
Oleh : Widya Suwarna

“Kriiiiing….!”  Telepon di rumah Aris berdering. Ibu mengangkatnya dan berkata, “Halooo…. Oh, mau bicara dengan Aris? Sebentar, ya. Dari mana?”
Kemudian Ibu masuk ke kamar Aris. Aris sedang belajar di meja belajar.
“Telepon dari Rusdi, Ris!” kata Ibu. Aris menoleh dan wajahnya menjadi kurang senang. Dengan enggan Aris menjawab, “Tolong bilang aku tidak ada, Bu!”
Kini giliran Ibu yang merasa kurang senang bercampur heran.
“Lo, masa kamu menyuruh Ibu berbohong!” Ibu menolak. Ada apa sebenarnya?”
Aris diam. Ia mempermainkan pensil di tangannya. Ibu cepat mengambil tindakan.
“Baiklah, Ibutidak akan berbohong. Ibu akan katakana supaya dia menelepon lagi kira-kira sepuluh menit kemudian. Sementara itu kita bisa membicarakan persoalanmu!”
Lalu Ibu menuju ke meja telepon dan memberitahukan, supaya Rudi menelepon kembali kira-kira 10 menit kemudian. Sesudah itu Ibu kembali ke kamar Aris. Wajah Aris masih muram. Ia menggaruk-garuk kepalanya.
“Ada apa, to, Ris? Mengapa kamu tidak mau menerima telepon kawanmu?” Tanya Ibu.
Aris menunduk, kemudian menjelaskan. “Rudi ingin menyalin PR matematikaku. Bukan hanya jalan pemecahannya, tapi dia tinggal menyontek saja. Dia menelepon beramai-ramai dengan tiga kawannya dari telepon umum!”
“Bagaimana kamu tahu bahwa dia mau menyotek PR-mu?” tanya Ibu.
“Kemarin dia menelepon dan kubacakan PR matematikaku. Sebelumnya sudah beberapa hari dia menelepon Anton. Mula-mula Anton menuruti permintaannya, sudah itu dia marah-marah dan menolak. Kemarin siang mereka memukul Anton sepulang dari sekolah. Lalu sorenya mereka meneleponku. Sekarang aku yang jadi sasaran mereka!” Aris menjelaskan.
Ibu mendengarkan apa yang dikatakan Aris dengan seksama. Kemudian Ibu berkata, “Ini tidak boleh dibiarkan. Mereka sendiri yang rugi kalau setiap hari hanya menyalin PR teman. Mareka malas dan tak mau berpikir.”
“Ya, tapi sekarang aku serba salah. Kalau aku tidak mau menuruti permintaan mereka, nanti aku dipukul dan dimusuhi. Kalau kuturuti permintaan mereka, aku juga tidak rela!” keluh Aris.
“Makanya lebih baik Ibu katakan aku tidak ada di rumah, kalau nanti Rudi menelepon lagi!”
Ibu menggeleng-geleng.
“Itu bukan pemecahan yang baik. Nanti kamu hanya main kucing-kucingan saja. Lagi pula Ibu tidak mau berbohong. Lebih baik kita selesaikan persoalan ini dengan baik!” nasihat Ibu.
“Caranya bagaimana?” tanya Aris, sambil memandang Ibu.
“Kamu harus berani menolak. Bukan menolak dengan kasar, tapi menolaklah dengan cara yang baik. Katakan terus terang bahwa kau mau mengajarkan mereka sampai mereka mengerti danbisa membuat PR sendiri. Biar mereka datang kesini!”
“Rumah mereka cukup jauh, Bu!” kata Aris. “Belum tentu mereka mau datang kemari!”
“Kalau begitu, bilang kita akan kirim supir untuk menjemput mereka dan nanti pulangnya diantar kembali!” kata Inbu. “Yang penting kau bicara baik-baik. Jangan kasar, tapi tegas!”
Baru saja Ibu selesai bicara, telepon bordering. Aris bangkit dengan enggan. Ibu menepuk bahu Aris, dan memberi semangat “Ayo, Ris, jangan kuatir, pasti beres!”
Aris mengangkat telepon. Benar, telepon itu dari Rudi dan kawan-kawannya. Aris berbicara sesuai petunjuk Ibu. Tak lama kemudian perakapan berakhir.
“Rudi akan mencoba mengerjakan PR bersama kawan-kawannya. Kalau tidak bisa, mereka akan datang kesini. Rudi tidak marah, tapi siapa tahu besok di sekolah meeka akan memusuhiku!” lapor Aris agak khawatir.
“Ibu kira tidak. Jangan kamu pikirkan apa yang belum tentu terjadi. Kalau besok timbul persoalan baru, kita selesaikan lagi!” kata Ibu.
“Keesokan harinya Aris ke sekolah. Rudi dan tiga kawannya tidak memusuhinya. Aris merasa senang. Dia sudah belajar hal yang penting, yaitu berani menolak.

Tinjauan :
Cerita pendek “Berani Menolak” di atas termasuk dalam sastra anak karena memenuhi karakteristik dari sastra anak yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
1.      Segi Kebahasaan
a.       Struktur kalimat
Cerita anak biasanya menggunakan kalimat sederhana, dapat berupa kalimat tunggal, kalimat berita, kalimat tanya atau pun kalimat perintah sederhana. Dalam cerpen “Berani Menolak” lebih banyak dijumpai kalimat langsung merujuk pada maksud sehingga mudah dipahami.
b.      Pilihan kata
Sastra anak umumnya menggunakan kata-kata yang sudah dikenal oleh anak-anak dalam kehidupannya sehari-hari. Jadi, anak-anak tidak kesulitan dalam mengartikan kata-kata yang ada dalam sastra anak.

2.      Segi Kesuastraan
a.       Alur cerita
Cerita anak biasanya memiliki alur yang sederhana dan berbentuk linear. Artinya pada cerita itu hanya ada satu alur utama yang tidak bercabang dan alur yang digunakan biasanya berupa alur maju atau linear. Dalam cerpen “Berani Menolak” hanya ada satu masalah yang diungkapkan yaitu mengenai Aris yang enggan menjawab telepon dari Rudi dan kawan-kawan karena takut akan dimintai memberikan jawaban PR matematika.

b.      Karakter/tokoh cerita
Karakter yang biasa ada pada cerita anak biasanya berisi tokoh yang berwatak datar. Watak tokoh itu dapat dengan mudah dikenali dengan jelas apakah termasuk tokoh yang baik,  jahat, penakut, nakal dan lain-lain. Dalam cerpen “Berani Menolak”, tokoh Aris digambarkan sebagai anak yang sedikit penakut namun patuh kepada Ibunya. Sedang tokoh Ibu dengan jelas digambarkan sebagai orang yang tegas dan jujur.
c.       Gaya bahasa
Gaya bahasa dalam cerita anak umumnya dituturkan secara langsung, tidak berbelit-belit (sederhana) dan kalimatnya pendek-pendek. Dalam cepen “Berani Menolak”, gaya bahasa yang digunakan ringan dan kalimatnya pendek-pendek sehingga anak lebih mudah memahami isi cerita.
d.      Tema
Seperti yang telah dijelaskan di atas, cerita anak pada umumnya mengangkat tema yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari anak-anak. Cerpen “Berani Menolak” mengambil tema mengenai pendidikan. Tentunya tema yang diambil mengandung unsur yang mendidik. Misalnya mendidik anak agar rajin mengerjakan tugas.
e.       Amanat
Cerita anak biasanya mengandung amanat. Seperti yang ada dalan cerpen “Berani Menolak” yang mengandung amanat agar anak-anak haruslah berani dalam mengambil tindakan dan selalu jujur.

PERBEDAAN CERPEN KONTEMPORER DAN NON KONTEMPORER



1. CERPEN KONTEMPORER
Cerita pendek kontemporer adalah cerita pendek yang berisikan kehidupan manusia yang terasing dari dunianya karena gencetan suasana metropolis, yang pemberontak, yang berada di tengah-tengah pergulatan nilai-nilai saling bertentangan yang membuktikan bahwa manusia mempunyai potensi-potensi unik.
Konsep sastra Indonesia kontemporer, khususnya konsep cerita pendek kontemporer dapat dikatakan sebagai protes terhadap kepincangan-kepincangan masyarakat pada awal industrialisasi. Disamping itu, protes terhadap pengaruh negatif yang disebabkan oleh perkembangan ilmu dan pengetahuan dan teknologi. Akibat langsung pengaruh negatif itu dalah terjadinya krisis sosial, krisis politik, krisis ekonomi dan krisisi nilai. Krisis itu menimbulkan anarkisme, skeptisme, individualisme, ketidaktentuan nilai dan sistem.
Sebagai perbandingan, contoh cerpen kontemporer yang diambil adalah ‘Srengẻngẻ’ karya Seno Gumira Ajidarma. Untuk lebih sistematis, maka analisis sederhana diuraikan sebagai berikut :
·         Cara Pengarang Menceritakan
Salah satu ciri cerpen kontemporer adalah anti logika. Cerita pendek anti logika diartikan sebagai menyalahi dasar logika manusia pada umumnya. Cerita pendek disajikan secara tidak lazim dan berbeda dengan cerita pendek biasa atau cerita pendek inkonvensional. Cerpen ‘Srengẻngẻ’ karya Seno Gumira Ajidarma mengangkat tema mengenai kehidupan sosial masyarakat yang memiliki persoalan begitu kompleks. Kepincangan-kepincangan dalam kahidupan diceritakan secara absurd. Dikatakan absurd karena berbagai karakteristiknya seperti alur dan peristiwanya serba tidak jelas, tidak menentu dan tidak logis menurut urutan logika sehari-hari. Peristiwa yang dihasilkan oleh lakuan dan pikiran, disajikan secara tumpang tindih. Akibatnya peristiwa itu seolah-olah tidak jelas lagi.
Peristiwa yang diangkat diceritakan abstrak atau tidak jelas. Dalam cerpen ini diceritakan mengenai berjalannya kehidupan sehari-hari manusia dengan berbagai aktifitas yang beragam sesuai dengan profesi. Semua orang hanya sibuk dengan urusannya sendiri tanpa menghiraukan yang lain. Kebanyakan yang dikerjakan adalah mencari uang dan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat duniawi.
Persoalan yang muncul adalah ketika pada suatu hari ada kabar bahwa matahari tidak akan terbit lagi. Hal ini tentunya terdengar aneh dan asing. Mana mungkin matahari tidak terbit lagi, padahal terbitnya matahari kalau menurut logika sudah dapat dipastikan. Banyak sekali orang yang tidak percaya dengan adanya kabar ini. Namun ada sebagian orang yang mulai khawatir. Kabar selanjutnya adalah besok harinya matahari akan terbit dari sebelah barat. Ini cukup menggelikan bagi orang-orang yang diceritakan dalam cerpen.
Beredar rumor bahwa sebentar lagi dunia akan kiamat. Pagi hari itu pun gempar, matahari benar-benar tidak muncul. Hari masih saja gelap padahal jarum jam menunjukkan waktu sudah beranjak siang. Orang-orang mulai panik. Ada yang menyeru untuk segera bertobat sebelum hari benar-benar kiamat. Ada pula yang menyangsikan fenomena yang terjadi dengan mengatakan bahwa tidak perlu bertobat karena hari belum tentu akan kiamat. Maka untuk memastikannya, orang-orang berbondong-bondong berjalan ke arah barat untuk menyaksikan matahari terbit dari bumi sebelah barat. Bahkan orang-orang yang sudah berada di barat pun beranjak terus ke arah barat. Uniknya bukan hanya manusia yang berjalan kea rah barat, melainkan hewan-hewan pun ikut. Hingga tiba lah mereka semua di pantai sebuah teluk dan menanti terbitnya matahari. Mereka menanti dan menanti sampai pada akhir cerita mereka tetap menanti terbinya matahari.
Dalam cerpen ini, ceritanya benar-benar anti logika. Peristiwa yang diceritakan seperti matahari yang tidak terbit dan jika terbit pasti lah dari barat merupakan sesuatu yang di luar logika dan akal.
Cerpen kontemporer juga berciri terasing dan serba kompleks. Ciri-ciri ini dapat dibaca dalam cerita pendek yang berisi realitas kehidupan sosial dan ekonomi yang serba kompleks. Dalam cerpen ini, digambarkan sebuah kehidupan masyarakat yang memiliki profesi dan kesibukan yang begitu kompleks mualai dari pedagang, gelandangan dan lain sebagainya.
Ciri lain cerpen kontemporer yang juga ada dalam cerpen ‘Srengẻngẻ’ ini ialah mengabaikan plot atau alur cerita. Plot atau alur cerita cerpen  kontemporer bersifat zig-zag atau semeraut dan ada pula yang ending atau penutup ceritanya mengambang. Dalam cerpen ‘Srengẻngẻ’, alurnya tidak begitu jelas dan tidak disertai dengan penjelasan mengenai mengapa sebuah peristiwa bisa terjadi. Tidak ada hubungan atau kausalitas sebab-akibat dalam cerpen ini. Pengarang tidak menceritakan sebab matahari tidak terbit, melainkan langsung kepada akibat yaitu matahari tidak terbit. Dari awal pembukaan cerita menuju klimaks dibina oleh pengarang dengan penuh imajinasi. Namun pada akhir cerita, pembaca terpaksa menganga karena cerita selesai saat klimaks sedang berlangsung. Tidak ada kejelasan apakah matahari benar-benar terbit dari sebelah barat atau mungkin tidak akan muncul lagi. Di sini pengarang membiarkan pembaca untuk turut berimajinasi dan mereka-reka bagaimana cerita ini berakhir.
·         Cara Pengarang Mendeskripsikan Tokoh dan Watak Tokoh
Ciri lain dari cerpen kontemporer adalah anti tokoh. Tokohnya jelas atau tidak jelas bukan persolan. Tokoh-tokoh ceritanya adalah tokoh-tokoh cerita imajiner, manusia yang tangguh, tahan terhadap benturan waktu, keadaan dan situasi.
Dalam cerpen ‘Srengẻngẻ’, tokoh-tokoh yang muncul tidak dijelaskan deskripsi mengenai asal-usulnya dan  sifat atau watak tokoh. Pengarang hanya mengisyaratkan gambaran mengenai tokoh dengan kegiatan yang dilakukan tokoh. Tokoh utama dalam cerpen ini adalah orang-orang. Sedang tokoh lain yang muncul adalah Sukab yang kemunculannya tidak begitu mendominasi.
Tokoh-tokoh yang diceritakan sebagai orang-orang, diceritakan oleh pengarang sebagai manusia-manusia yang hidup dalam kehidupan keras yang membuat mereka memiliki sifat individualis, pesismistis tapi juga skeptis.  Tindakan-tindakan tokoh diceritakan tidak seperti yang sering dijumpai dalam kehidupan sesungguhnya. Contohnya, dimana orang-orang sudah tidak dapat berpikir jernih lagi. Semua orang hanya punya satu tujuan yaitu membuktikan kebenaran terbitnya matahari dari sebelah barat. Tindakan mereka yang berbondong-bondong pergi ke barat begitu kental dibumbui imajinasi pengarang.

·         Cara Pengarang Mendeskripsikan Latar
Ø  Latar Tempat
Cerpen kontemporer sering kali mengusung latar tempat yang imajiner seperti di surga, di atas pelangi dan lain-lain. Namun latar tempat yang digambarkan dalam cerpen kontemporer seperti ‘Srengẻngẻ’ biasa saja. Sering kali latar tempatnya berubah-ubah tanpa ada alur yang jelas. Misalnya saja dari cerita yang mulanya mengusung latar tempat di pasar, kemudian berpindah ke tempat lain seperti pantai.
Ø  Latar Waktu
Latar waktu yang digambarkan dalam cerpen kontemporer dipengaruhi oleh alur yang kadang zig-zag atau semrawut. Namun pada cerpen kontemporer seperti ‘Srengẻngẻ’, latar waktu yang disuguhkan pengarang mengikuti alur yang maju. Hanya saja tidak dijelaskan kapan peristiwa yang ada dalam cerita itu terjadi.
Ø  Latar Suasana
Seperti cerpen pada umumnya, cerpen kontemporer juga memiliki latar suasana. Namun, suasana yang dilukiskan pengarang tidak biasa atau mungkin tidak pernah dijumpai dalam kehidupan nyata. Misalnya saja suasana yang ada dalam cerpen ‘Srengẻngẻ’, yaitu suasana kepanikan dan ketegangan yang dialami manusia bahakan hewan-hewan yang penasaran mengenai terbit atau tidaknya matahari. Tentu suasana seperti ini tidak ada dalam kehidupan nyata.

2. CERPEN NON KONTEMPORER
            Cerita pendek atau cerpen non kontemporer merupakan kebalikan dari cerpen kontemporer.  Hal-hal yang diangkat untuk diceritakan atau dibuat cerita berasal dari peristiwa yang sungguh terjadi dalam kehidupan. Cerita pendek  bermula dari cerita anekdot, lalu cerita perang atau juga lukisan masyarakat. Oleh karena itu analisis non kontemporer atau konvensional secara penuh bisa diterapkan. Cerita pendek harus ada ceritanya, ada tokoh yang berkarakter, ada plot dan setting, dan suspense, dan ada surprise.
            Sebagai perbandingan, contoh cerpen non kontemporer yang diambil adalah cerpen ‘Pesta Perkawinan’ karya Hetty Andriani. Untuk lebih sistematis, maka analisis sederhana diuraikan sebagai berikut :
·         Cara Pengarang Menceritakan
Salah satu ciri cerpen non kontemporer adalah sesuai logika atau masuk akal. Ide cerita diambil dari kisah atau peristiwa nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya pada cerpen ‘Pesta Perkawinan’ karya Hetty Andriani yang menceritakan mengenai kehidupan seorang wanita yang pada usianya yang sudah matang, namun belum juga memiliki jodoh. Ia menyandarkan hatinya pada seorang pria yang pergi entah kemana. Saat adik perempuannya sudah menuju gerbang pernikahan, ia belum juga berjodoh. Sampai pada saat hari pernikahan adiknya, baru ia ketahui bahwa calon suami sang adik ternyata adalah pria yang ia cintai.
Di sini pengarang mengangkat cerita mengenai urusan cinta dan perkawinan yang merupakan cerita  logis atau dapat diterima akal karena memang biasa terjadi dalam kehidupan dan tidak mengada-ada.
Alur dalam cepen ini sangat sistematis dan jelas alias tidak bercampur aduk atau semrawut. Pengarang menceritakan alur cerita sejelas mungkin dari awal hingga akhir. Asal-usul tokoh dan sebab-sebab peristiwa juga dijelaskan, sehingga pembaca tidak perlu memikirkannya.
·         Cara Pengarang Mendeskripsikan Tokoh dan Watak Tokoh
Pendeskripsian karakter dan watak tokoh dalam cerpen ‘Pesta Perkawinan’ ini jelas. Misalnya pada tokoh utama, Siti. Pengarang dengan hati-hati dan jelas menerangkan siapa Siti, bagaimana karakter Siti sebagai seorang wanita yang dicemooh sebagai perawan tua dan sifatnya yang sabar. Begitu pula dengan tokoh-tokoh yang lain seperti adik dan ibunya.
·         Cara Pengarang Mendeskripsikan Latar
Ø  Latar Tempat
Latar tempat yang ada pada cerpen non kontemporer logis dan benar ada dalam kehidupan nyata. Misalnya pada cerpen ‘Pesta Perkawinan’ ini yang memiliki latar tempat di rumah dan tempat-tempat biasa yang lain.



Ø  Latar waktu
Latar waktu yang diangkat oleh pengarang jelas. Misalnya pada cerpen ‘Pesta Perkawinan’ mengusung latar waktu pagi, siang atau malam.
Ø  Latar Suasana
Latar suasana cerpen non kontemporer seperti pada cerpen ‘Pesta Perkawinan’ digambarkan pengarang seperti suasana yang biasa dialami dalam kehidupan nyata. Suasanya kegalauan yang dialami oleh seorang wanita yang merasa sakit hati. Suasana seperti ini tentunya merupakan suasana yang biasa terjadi.

KESIMPULAN
Jadi, secara garis besar perbedaan karakteristik atau ciri-ciri pada cerpen kontemporer dan non kontemporer adala sebagai berikut :
Karakteristik
Cerpen Kontemporer
Cerpen Non Kontemporer
Tema
Penokohan
Alur

Absurd dan anti logika
Anti tokoh
Anti alur
Jelas dan masuk akal
Tokoh jelas
Alur sistematis